Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

RI Rajin Impor Gula, Importir Pemburu Rente Dapat Untung Berapa?

Kompas.com - 06/04/2021, 19:33 WIB
Muhammad Choirul Anwar

Penulis

Karena itu, ia menaruh perhatian pada besarnya peluang praktik berburu rente. Peluang itu menurutnya terbuka luas karena pemerintah mengada-ada.

Ia menegaskan, dunia hanya mengenal dua jenis gula, yaitu gula mentah (raw sugar) dan gula rafinasi (refined sugar) atau gula putih (white sugar) atau centrifugal sugar.

“Nah, di Indonesia ada satu lagi, yaitu gula kristal putih (GKP) yang yang notabene serupa dengan refined sugar (pemerintah memberi nama gula kristal rafinasi atau GKR),” tuturnya.

Baca juga: [TREN BISNIS KOMPASIANA] Porang Primadona Dunia | Mengenang Kejayaan Bisnis Gula Indonesia | Strategi Bisnis Usai Pandemi

“Bedanya, GKP diproduksi oleh pabrik gula domestik dari tebu sendiri maupun tebu rakyat dan GKR diproduksi dari gula mentah yang diimpor. Jadi pemerintah menciptakan dua pasar untuk produk serupa,” tambahnya.

Ia lantas menyampaikan sejumlah saran agar semua persoalan terkait impor gula bisa ditangani. Pertama, petani tebu harus dibantu untuk menggunakan bibit unggul dan segala penunjangnya agar rendemen bisa ditingkatkan setidaknya 50 persen dari yang sekarang sekitar 7 persen.

Kedua, merestrukturisasi pabrik gula agar terintegrasi sehingga menghasilkan gula dari tebu rakyat maupun tebu sendiri dan juga dari raw sugar yang diimpor. Dengan begitu, menurutnya operasi pabrik bisa sepanjang tahun.

Jika sudah begitu, ia menilai bahwa ongkos giling lebih murah. Karena upah giling lebih murah, menurutnya bagi hasil gula untuk petani meningkat dari 66 persen yang berlaku sekarang.

Baca juga: Impor Gula 75.000 Ton, RNI Amankan Stok Jelang Puasa dan Lebaran

“Dengan dua jurus itu saja, kesejahteraan petani bisa naik hampir dua kali lipat dan harga gula di tingkat konsumen berangsur turun mendekati harga dunia. Upaya ini butuh perubahan pola pikir dari mau gampangan dapat rente (value extraction) yang dinikmati segelintir pengusaha menjadi olah otak untuk menciptakan nilai tambah bagi maslahat rakyat banyak (value creeation),” pungkasnya.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com