Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tinjau 2 Proyek Bendungan Ciliwung, Luhut: Menurut Saya Sudah Paten

Kompas.com - 05/05/2021, 19:31 WIB
Yohana Artha Uly,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan meninjau proyek pembangunan Bendungan Ciawi (Cipayung) dan Bendungan Sukamahi yang terletak di hulu Sungai Ciliwung.

Dalam tinjauannya terhadap dua proyek strategis nasional tersebut, Luhut mengaku cukup puas dengan progres pembangunannya.

"Menurut saya sudah paten. Selama sudah terpadu, tidak ada masalah,” katanya seperti dikutip dalam keterangan tertulis, Rabu (5/5/2021).

Baca juga: Ketika Luhut Puji Menteri BUMN Erick Thohir

Pembangunan kedua bendungan itu dinilai penting sebagai upaya penanganan banjir di Jakarta. Luhut pun meminta agar pengendalian banjir melibatkan universitas untuk melakukan riset lebih lanjut agar hasilnya dipastikan optimal.

Adapun proyek kedua bendungan dikelola oleh Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Ciliwung-Cisadane dan dibangun oleh PT Brantas Abipraya bersama PT Sacna sejak Desember 2016.

Targetnya pembangunan bisa rampung di Juli 2021, lebih cepat dari rencana awal pada Oktober 2021 dan Desember 2021. Sehingga diharapkan pengendalian banjir tahun ini bisa terlaksana.

"Penanganan banjir Jakarta memerlukan integrasi di hulu, tengah, dan hilir,” ungkapnya.

Bendungan Ciawi dan Bendungan Sukamahi merupakan sister dam bendungan kering atau dry dam yang pertama kali dibangun di Indonesia.

Berbeda dengan bendungan pada umumnya, bendungan ini difungsikan sebagai penahan air atau pengendali banjir Jakarta.

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Basuki Hadimuljono mengatakan, dengan di bangun tanpa turbin atau pintu air, bendungan baru akan digenangi air pada musim hujan dan kering selama musim kemarau.

"Ibaratnya dia nahan air dengan lubang yang lebih kecil atau dialirkan melalui bottleneck supaya bisa menahan air dan mengurangi banjir," jelas dia.

Mengacu pada data rekapitulasi debit banjir periode ulang per 50 tahun, setelah pembangunan rampung maka kedua bendungan akan mampu mereduksi banjir sebesar 11,9 persen.

Secara total, kapasitas tampung air adalah 7,73 juta meter kubik dan luas genangan 44,63 hektar, sehingga diharapkan dapat mengurangi banjir hingga 127,22 meter kubik per detik.

Adapun sungai di Jakarta hanya memiliki daya tampung sebanyak 2.300 meter kubik, tapi kalau cuaca sedang ekstrim debit air bisa mencapai 3.300 meter kubik. Sehingga ada selisihnya mencapai 1.000 meter kubik.

Baca juga: Hindari Kasus Jiwasraya Terulang, Luhut Minta IFG Punya Manajemen Risiko yang Baik

Oleh sebab itu diperlukan penyelesaian masalah banjir dari tengah dan hilir, mengingat proyek ini memerlukan dukungan pemerintah untuk mengurangi run off debit air.

Maka dalam tinjauan itu disepakati untuk dilakukan pembuatan sumur resapan, seperti di daerah milik jalan (damija) sepanjang jalan tol supaya air tidak dialirkan secara langsung ke sungai, tetapi dibuat sumur resapan setiap 50 meter sampai 100 meter.

Rencananya pembuatan sumur resapan akan melibatkan masyarakat. Nantinya akan disediakan spesifikasi dan standar untuk pembangunan tiap sumur, kemudian dilakukan monitoring dan evaluasi saat masyarakat membuatnya.

"Selain untuk menangani banjir, sumur resapan juga bagus untuk cadangan air yang penting untuk masa depan anak cucu kita," tambah Luhut.

Baca juga: Evaluasi Pembangunan LRT Jabodebek, Luhut Minta Pelaksana Kejar Target

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com