Hal ini menyebabkan Logistics Performance Index (LPI) Indonesia pada tahun 2019 berada pada peringkat 46 dari 160 negara. Posisi Indonesia masih tertinggal dari Singapura (7), Thailand (32), Vietnam (39) dan Malaysia (41).
Tantangan perdagangan domestik lain yakni informasi, promosi dan branding. Produk unggulan Indonesia banyak yang masih belum memiliki branding yang kuat di pasar domestik dan internasional. Sehingga brand and quality oriented consumers belum tercapai.
Sebagai contoh, Indonesia yang dulu dikenal sebagai produsen kopi nomor dua di dunia, saat ini turun peringkat lima dan posisinya digantikan oleh Vietnam yang berhasil membranding produk kopi menjadi salah satu produk unggulan globalnya.
Belum lagi terkait tantangan dalam hal pelibatan UMKM di pasar ekspor yang relatif juga masih kecil terhadap total ekspor Indonesia.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Bisa Capai Angka 5 Persen, asal...
UKM hanya berkontribusi 14,17 persen terhadap total ekspor non-migas Indonesia, sisanya sebesar 85,83 persen merupakan ekspor oleh perusahaan besar (Kemenkop dan UKM, 2017).
Adapun tantangan sektor perdagangan internasional antara lain mengguritanya proteksionisme yang dilakukan berbagai negara belakangan ini (WTO, 2020).
Dengan tersisanya waktu selama 1,5 bulan menuju Triwulan II/2021 dan belum adanya tanda-tanda pandemi Covid-19 berakhir serta banyaknya tantangan yang dihadapi dalam implementasi kebijakan dan program PEN di atas, optimisme untuk mencapai target pertumbuhan triwulan II/2021 sebesar 7,0 persen jangan hanya digantungkan demgan indikator atau angka-angka statis.
Namun, mutlak perlu memperhatikan dinamika dan keberhasilan implementasi kebijakan dan program PEN, perilaku pelaku usaha domestik dan masyarakat maupun perekonomian global.
Jika tidak, target pertumbuhan ekonomi 7 persen menjadi nyaris mustahil dicapai. Bahkan besar kemungkinan target pertumbuhan tahun 2021 sebesar 4,5 persen sampai 5,3 persen pun meleset. Pemerintah dengan legowo harus pikir ulang target pertumbuhan ekonomi Indonesia 2021. Semoga.
Carunia Mulya Firdausy
Guru Besar Ilmu Ekonomi dan Bisnis serta Dosen Pasca Sarjana Magister Manajemen Universitas Tarumanagara dan Profesor Riset Pusat Penelitian Ekonomi-LIPI