Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tahun 2021, Ekonomi Indonesia Diproyeksi Hanya Tumbuh 4,7 Persen

Kompas.com - 20/06/2021, 09:04 WIB
Fika Nurul Ulya,
Bambang P. Jatmiko

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Laporan The Institute of Chartered Accountants in England and Wales (ICAEW) dan Oxford Economics menyebutkan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan kembali pulih berkat proses vaksinasi yang cepat pada tahun 2021.

Laporan bernama Economic Insight terbaru tersebut memproyeksi, ekonomi Indonesia akan tumbuh 4,7 persen pada tahun 2021. Bahkan pada tahun 2020, mampu tumbuh signifikan mencapai 6 persen.

"Indonesia sangat fokus untuk meningkatkan pembangunan infrastruktur di dalam negeri dan hal itu juga turut mendukung prediksi pertumbuhan PDB pada tingkat 4,7 persen tersebut," kata Asia Lead Economist Oxford Economics, Sian Fenner, dalam siaran pers, Minggu (20/6/2021).

Baca juga: Bank Dunia Revisi ke Atas Pertumbuhan Ekonomi RI Menjadi 5 Persen di Tahun 2022

Fenner menuturkan, pertumbuhan mampu tercapai lantaran Indonesia merupakan salah satu negara dengan ekonomi terbesar di Asia Tenggara.

Pemulihannya pun diproyeksikan akan lebih stabil dibandingkan dengan negara-negara lain di kawasan, berkat konsumsi rumah tangga domestik yang kuat.

“Perekonomian Indonesia sangat didukung oleh belanja domestik yang kuat, dibandingkan dengan negara lain di kawasan Asia Tenggara. Sejak Indonesia mengurangi pembatasan, kami berpikir bahwa sebagai hasilnya, akan terjadi peningkatan dalam pengeluaran rumah tangga, pendorong utama pertumbuhan di Indonesia," beber Fenner.

Kendati demikian, gelombang kedua kasus Covid-19 yang melonjak di seluruh Asia Tenggara, membuat laju pemulihan selama semester II tahun 2021 akan tertunda. Namun, pertumbuhan diproyeksi masih berada dalam target.

Fenner menjelaskan, kembalinya perekonomian akan tergantung pada aksi pemerintah menanggulangi Covid-19, seperti diberlakukannya kembali pembatasan kegiatan masyarakat dan kemajuan proses vaksinasi.

"Juga tantangan ekonomi global lainnya yang mempengaruhi perdagangan internasional, seperti krisis microchip global saat ini," sebutnya.

Baca juga: Kejar Pertumbuhan Ekonomi 5,8 Persen di 2022, Pemerintah Diminta Dorong Konsumsi

Lebih lanjut, vaksinasi memainkan peranan penting dalam proses pemulihan ekonomi di kawasan Asia Tenggara.

Setiap negara Asia Tenggara sedang berada di fase vaksinasi yang berbeda, negara-negara seperti Indonesia dan Filipina sebagai negara kepulauan tentu menghadapi tantangan logistik yang lebih besar.

"Namun terlepas dari tantangan tersebut, laporan memperkirakan bahwa percepatan pemberian vaksinasi di wilayah Asia Tenggara akan dimulai dari bulan Juni," ungkap Fenner.

Tak hanya itu, munculnya jenis virus Covid-19 baru yang lebih ganas dan lambatnya vaksinasi akan mengakibatkan pertumbuhan cenderung fluktuatif.

Kesenjangan output yang cukup besar, tingginya Indeks Harga Konsumen untuk barang non-tradable di Asia, dan kemampuan pemerintah untuk mengelola harga juga bisa mengakibatkan lambatnya tingkat inflasi.

"Selain itu, pemulihan ekonomi global juga akan bergantung pada berlanjutnya penyebaran virus dan masih adanya pembatasan antar negara dan perbatasan. Jika efektivitas vaksin terbukti terbatas, ekonomi global dapat berkontraksi dalam waktu dekat," pungkas Fenner.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com