Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

3 Bank BUMN Setujui Restrukturisasi Utang Garuda Indonesia

Kompas.com - 28/06/2021, 15:38 WIB
Yohana Artha Uly,
Ambaranie Nadia Kemala Movanita

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk terus berupaya meringankan beban keuangan perseroan yang saat ini tertekan karena utang yang menumpuk.

Salah satunya dengan merestrukturisasi pinjaman dari bank-bank pelat merah.

Maskapai milik negara tersebut, setidaknya telah mendapatkan perpanjangan atau restrukturisasi pinjaman dari tiga bank BUMN yaitu PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk atau BRI, dan PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI.

Baca juga: Sederet Fakta Garuda Indonesia Dilarang Terbang ke Hong Kong

"Antara lain BRI dan BNI yang setuju untuk mengkonversi sebagian pinjaman jangka pendek menjadi pinjaman jangka panjang dengan jatuh tempo pada 2026," ujar Direktur Keuangan dan Manajemen Risiko Garuda Indonesia, Prasetio dikutip dari keterbukaan informasi BEI, Senin (28/6/2021).

Sementara Bank Mandiri memberikan persetujuan restrukturisasi pinjaman melalui perpanjangan pinjaman sampai dengan Desember 2021 dan menangguhkan kewajiban clean-up pinjaman.

Menurut Prasetio, tak hanya bank BUMN, ada juga bank swasta yang menyetujui restrukturisasi pinjaman. Sayangnya, ia tak menyebutkan lebih lanjut identitas bank-bank swasta tersebut.

"Adapun bank-bank non-himbara, setuju untuk memberikan perpanjangan pinjaman," imbuh dia.

Prasetio mengatakan, upaya menjalin komunikasi konstruktif dengan berbagai kreditur baik perbankan, lessor, maupun kreditur lainnya terus dijalankan perseroan guna menghasilkan keputusan terbaik bagi seluruh pihak.

Baca juga: Sederet Fakta Garuda Indonesia Dilarang Terbang ke Hong Kong

Ia bilang, pemerintah sebagai pemegang saham pengendali, melalui Kementerian BUMN pun telah membentuk Tim Percepatan Restrukturisasi Perseroan guna mendorong proses restrukturisasi utang Garuda Indonesia.

Dia menjelaskan, skema restrukturisasi yang akan ditawarkan perseroan kepada masing-masing kreditur, saat ini sedang dalam proses diskusi antara perseroan dengan konsultan-konsultan pendukung.

"(Perseroan) mengupayakan opsi terbaik yang akan dikaji untuk kepentingan perseroan dan seluruh stakeholders," kata Prasetio.

Sebagai gambaran, berdasarkan data Kementerian BUMN, beban biaya Garuda Indonesia mencapai 150 juta dollar AS per bulan.

Namun, pendapatan yang dimiliki hanya 50 juta dollar AS.

Baca juga: Tanggapan Garuda Indonesia Soal Penyetopan Penerbangan ke Hong Kong

Artinya perusahaan merugi 100 juta dollar AS atau sekitar Rp 1,43 triliun (kurs Rp 14.300 per dollar AS) per bulan.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com