KURANG dari tiga puluh hari lagi kita akan menyongsong tahun 2022. Sudah menjadi kelaziman bagi berbagai sektor usaha dan pelakunya melakukan peramalan (forecasting) atas usaha yang mereka geluti tahun depan.
Ramalan ini bahasa kerennya sering diistilahkan outlook.
Sektor usaha kemaritiman jelas tidak ketinggalan dalam menyajikan outlook terkait bisnisnya tahun 2022.
Ramalan ini kemudian muncul di berbagai media. Jelas muncul ke hadapan publik larena disampaikan dalam konferensi pers.
Biasanya, forecasting berisi optimisme. Wajar. Tidak ada lembaga atau orang yang meramalkan peruntungannya akan suram pada masa-masa ke kehadapan.
Namun, outlook yang diketengahkan dapat dipastikan tidak sepenuhnya cerah. Pasalnya, kondisi dunia yang dirundung oleh Covid-19 sejak dua tahun lalu.
Malah saat ini muncul varian terbaru yang dikabarkan lebih mematikan, yaitu Omicron.
Tentu saja suram. Soalnya semua lini usaha, termasuk di bidang kemaritiman, terdampak pandemi selama kurun dimaksud.
Ada banyak usaha yang gulung tikar karenanya. Bagi yang bertahan, mereka tersengal. Dengan keadaan seperti inilah sebagian besar perusahaan menyongsong tahun 2022.
Pertanyaannya sekarang, bagaimana peruntungan bisnis maritim tahun depan?
Sebelum menguraikan ramalan terkait bidang yang satu ini, saya ingin terlebih dahulu membatasi apa yang dinamai dengan bisnis maritim itu.
Lazimnya, usaha maritim/kemaritiman mencakup pelayaran, pelabuhan dan galangan kapal. Kadang ada pula yang memasukkan usaha pengerahan awak kapal (manning atau crewing).
Belakangan kegiatan logistik – yang mengurusi perpindahan kargo melalui berbagai moda – dianggap juga bisnis maritim. Jadi, tidak ada batasan yang rigid.
Saya mencoba memproyeksikan peruntungan sektor bisnis maritim tersebut tahun depan dalam karangan ini.
Hanya beberapa saja. Seperti galangan kapal, pelayaran dan pelabuhan. Pasalnya, ketiga usaha ini yang paling banyak mendapat perhatian dunia sejak merebaknya virus corona.