Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani: Dampak Pandemi Lebih Besar Menghantam Perempuan

Kompas.com - 22/12/2021, 14:15 WIB
Fika Nurul Ulya,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mengungkapkan, pandemi Covid-19 memberikan dampak yang lebih besar terhadap perempuan dibandingkan dengan laki-laki.

Hal ini disebabkan karena dunia kesehatan, sosial, dan pendidikan didominasi perempuan. Adapun pandemi, sukses menghantam sektor tersebut sehingga menimbulkan dampak asimetrik kepada para puan.

"Jadi karena yang sekarang ini yang terhantam langsung di bidang kesehatan, dampak sosialnya sangat besar, maka pengaruh Covid-19 itu jauh lebih besar kepada perempuan," kata Sri Mulyani dalam acara Capital Market Woman Empowerment Forum, Rabu (22/12/2021).

Baca juga: Sandiaga Uno: Perempuan Berperan Penting dalam Kebangkitan UMKM Indonesia

Mantan Direktur Pelaksana Bank Dunia ini menyebut, dampak yang lebih besar terhadap perempuan berpotensi mengerek beban yang besar pula kepada perekonomian negara.

Di Indonesia kata Sri Mulyani, masih banyak perempuan yang menjadi angkatan kerja informal dengan produktivitas rendah sehingga upah yang didapat lebih kecil dibanding laki-laki.

Hal serupa juga terjadi di angkatan kerja formal. Perempuan kerap mendapat upah yang berbeda dengan laki-laki meski berada di posisi yang sama. Dari sisi angkatan kerja, persentase perempuan baru mencapai 54 persen, lebih kecil dari porsi laki-laki mencapai 82 persen.

"Secara rata-rata, tingkat partisipasi perempuan dalam angkatan kerja hanya 54 persen, kalau laki-laki 82 persen. Dan kalau kita lihat dampak pandemi ini jauh mengenai perempuan lebih banyak, maka kita bisa prediksikan ini akan memberikan beban yang lebih besar," tutur dia.

Baca juga: Sri Mulyani: Butuh Hampir 100 Tahun untuk Menutup Gender Gap

Lebih lanjut Sri Mulyani menyampaikan, fenomena ini perlu dilihat sebagai tantangan yang perlu dicari jalan keluarnya. Salah satu jalan keluar yang bisa dipilih adalah meningkatkan peran perempuan dalam segala aspek, termasuk dalam mengambil keputusan.

World Economic Forum dalam Global Gender Gap Report tahun 2020 menunjukkan, rendahnya partisipasi perempuan di bidang ekonomi, politik, hingga bidang lainnya membuat ketidaksetaraan gender hanya bisa ditutup dengan jangka waktu yang lama.

Tak tanggung-tanggung, waktunya mencapai 99,5 tahun. Riset lainnya dari University of Liverpool menunjukkan, negara-negara yang dipimpin oleh perempuan menunjukkan kondisi yang lebih baik pada masa pandemi.

"(Melibatkan perempuan) Ini tentu memberikan tambahan perspekstif, karena sensitivitas terhadap policy, quality, tentu menyebabkan kualitas kebijakannya jadi lebih komprehensif, menjadi lebih punya afirmasi," tandas Ani, sapaan akrabnya.

Baca juga: Sri Mulyani Ungkap Negara Rentan Terdampak Tapering AS, RI Termasuk?

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com