Arya pun mengapresiasi Telkomsel yang meluncurkan drone pupuk yang membuat waktu memupuk lebih ringkas.
"Satu hektar hanya membutuhkan sepuluh menit," ujar Arya.
Hal itu, menurut Arya, dapat membantu petani menghemat tenaga kerja. Dimana sedikitnya memangkas 30 persen biaya produksi. Nantinya, kata dia, drone penyemprot pupuk layaknya alat dan mesin pertanian (alsintan).
"Kita trial dulu. Nanti tak harus satu petani. Kaya traktor bisa dipakai untuk kelompok tani," kata dia.
Ke depan Arya ingin Telkomsel bersama riset pupuk mengembangkan teknologi Internet ot Things (Iot) yang dapat memantau dan mengontrol pemupukan. Salah satunya melalui scanning atau foto udara.
"Jadi melalui foto udara bisa dipantau jika kelebihan atau kekurangan pupuk dari segi warna (tanaman). Jadi lebih efisien karena tidak ada lagi kelebihan atau kekurangan pupuk," kata dia.
Senior Vice President Enterprise Account Manajemen Telkomsel Dharma Simorangkir mengatakan Telkomsel kini tengah mengembangkan Digital Food Ecosystem. Program Makmur di Rawamerta ini menjadi pilot project penerapan teknologi presisi untuk sektor pertanian. Teknologi ini bisa diterapkan untuk komoditi padi, tebu, jagung dan tembakau.
"Teknologi drone membantu pekerjaan, memudahkan pekerjaan yang tidak mudah dan rumit. Yang biasanya satu hektar pemupukan memakan waktu 5-7 hari, ini kita membutuhkan waktu 10 menit. Waktunya bisa digunakan aktivitas lain," ujar Dharma.
Teknologi presisi pertanian yang diterapkan dalam Program Makmur ini memberikan rekomendasi dosis pemupukan secara tepat dan efisien, sehingga produktivitas bisa optimal dan keuntungan petani meningkat.
Teknologi ini juga memberikan layanan precision sprayer sehingga dapat meningkatkan efisiensi waktu dan biaya serta kualitas hasil tanaman.
Teknologi tersebut, kata Dharma, akan terus dikembangkan dengan menggandeng lembaga riset. Sehingga ke depan pihaknya bisa menghadirkan teknologi pertanian yang lebih canggih
"Seakan petani mempunyai agronom sendiri," kata dia.