Gaji yang rendah di VOC dianggap faktor yang mendorong para pegawainya melakukan praktik nakal, sementara gaya hidup pejabatnya kerap berfoya-foya.
Itu sebabnya, saat perusahaan ini jatuh, pejabat Belanda di era Hindia Belanda kerap mempelesetkan VOC dengan singkatan vergaan onder corruptie alias yang artinya hancur karena korupsi.
Baca juga: PG Colomadu, Simbol Kekayaan Raja Jawa-Pengusaha Pribumi era Kolonial
Faktor lain yang turut menyebabkan kebangkrutan VOC adalah karena perusahaan ini terus menerus berperang dengan beberapa penguasa lokal di Nusantara. Hal ini tentunya sangat menguras kas perusahaan.
Konflik dengan Inggris, membuat keuangan kongsi dagang ini semakin memburuk. Banyak koloni maupun kantor dagang miliknya di luar negeri direbut Inggris. Selain itu, pamor rempah-rempah yang jadi komoditas utamanya, juga mulai meredup.
Hingga akhirnya pada 8 Agustus 1799, pemerintah Belanda mengumumkan pembubaran VOC dan mengambil alih semua aset dan koloninya di Hindia Timur.
Beberapa sumber menyebut, VOC yang berdiri pada 1602 itu diklaim sebagai perusahaan terkaya. Meskipun beberapa kalangan klaim tersebut dianggap meragukan.
Perhitungannya, di masa jayanya, kekayaannya tercatat mencapai 78 juta gulden yang jika disesuaikan dengan nilai inflasi hingga saat ini setara dengan 7,9 triliun dollar AS.
Baca juga: Bukan BI atau BNI, Ini Bank Pertama yang Didirikan di Indonesia
Jika menggunakan kurs dollar Rp 14.000, nilai kekayaan VOC setara dengan 110,6 kuadriliun Rp 110.600.000.000.000.000. Angka yang fantastis ini melampaui valuasi gabungan beberapa perusahaan top dunia di era sekarang.
Sebagai perbandingan lain, nilai kongsi dagang Belanda ini setara dengan gabungan PDB Jepang dan Jerman di era modern saat ini.
Komparasi lain, menurut Business Insider, yakni VOC setara dengan nilai dari 20 perusahaan dengan kapitalisasi terbesar dunia yang meliputi Apple, Microsoft, Amazon, ExxonMobil, Barkshire Hathaway, Tencent, dan Well Fargo.
Di masa keemasannya, VOC tercatat memiliki 70.000 karyawan, jumlah yang tergolong sangat besar di masanya saat itu.
Dengan asumsi nilai VOC di masa kejayaannya senilai 78 juta gulden Belanda, artinya sejauh ini belum ada perusahaan raksasa yang bisa menyamai nilai dari kongsi dagang VOC.
Jika disesuaikan angka inflasi saat ini, Saudi Aramco pernah mencapai nilai 4,1 triliun dollar AS pada tahun 2010, lalu PetroChina pernah melampaui 1,4 trilun dollar AS pada tahun 2007.
Berikutnya Standard Oil yang pernah menjadi penguasa minyak dunia bernilai setidaknya 1 triliun dollar AS, dan Microsoft pada tahun 1999 hanya bisa mencapai 912 miliar dollar AS.
Baca juga: Apa Jenis Uang Tunai yang Dipakai Masyarakat Majapahit Dulu?
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.