Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Sri Mulyani Waspadai Faktor Global yang Bisa Hambat Ekonomi

Kompas.com - 09/02/2022, 14:13 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewaspadai faktor-faktor global yang menghambat pertumbuhan ekonomi pada tahun 2022.

Sebab, ketidakpastian global itu membuat seluruh negara berada pada kondisi tidak mudah. Faktor tersebut, yakni tekanan inflasi, rendahnya pertumbuhan ekonomi, dan potensi krisis di negara-negara berkembang.

"Tekanan inflasi terus berlanjut dan membuat negara-negara dunia membentuk respons, ini menciptakan lingkungan yang tidak mudah bagi seluruh negara, terutama untuk negara berkembang dan negara emerging," kata Sri Mulyani dalam Mandiri Investment Forum 2022 di Jakarta, Rabu (9/2/2022).

Baca juga: Sri Mulyani Sebut Ada Kabar Baik dari Omicron, Tapi Tak Boleh Takabur

Bendahara negara ini menuturkan, tekanan inflasi membuat beberapa negara di dunia mulai menurunkan suku bunga acuan. Di Brazil, bank sentral setempat menurunkan suku bunga acuan ke level 10 persen mengingat tingkat inflasi tembus 10 persen.

Begitu juga dengan Rusia yang menurunkan suku bunga acuan ke level 8 persen setelah inflasinya tembus 8 persen. Adapun beberapa negara lain tengah bersiap menurunkan suku bunga, yakni Amerika Serikat (AS) dan negara di benua Eropa.

"Inflasi di AS sekarang sudah 7 persen, dan di Eropa sudah 5 persen. Dengan fenomena tersebut, kami memproyeksi bahwa volatilitas dari aliran modal dan nilai tukar akan terdampak," beber Sri Mulyani.

Wanita yang karib disapa Ani ini menyebut, faktor-faktor tersebut meningkatkan risiko global dan menghambat pemulihan. Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/IMF) baru-baru ini mengoreksi ke bawah pertumbuhan ekonomi dunia dari 4,4 persen.

Di samping itu, volume perdagangan dunia juga berpotensi terkoreksi. Untuk Indonesia yang pertumbuhannya sempat ditopang oleh lonjakan harga komoditas, kemungkinan tak akan bertahan lama.

Pasalnya, harga komoditas utama seperti kelapa sawit dan batu bara akan kembali ke level normal di tahun ini.

"Dengan situasi seperti itu, baik di sisi pandemi maupun lingkungan ekonomi global, menjadi lebih menantang dan rumit," ucap Sri Mulyani.

Baca juga: Menkeu: PDB Riil Indonesia Sudah Kembali ke Level Pra-Covid-19

Namun kata Ani, Indonesia masih lebih baik dibanding negara lain dari sisi pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan ekonomi RI secara keseluruhan sudah berada di atas level pra pandemi.

Pertumbuhan ekonomi RI di kuartal IV 2021 mencapai 5,02 persen secara tahunan (year on year/yoy). Dengan demikian, tingkat pertumbuhan ekonomi sepanjang tahun 2021 mencapai 3,69 persen (yoy). Dibanding kuartal III 2021, ekonomi RI tumbuh 1,06 persen pada kuartal IV 2021.

"Dibandingkan dengan negara berkembang manapun, mereka belum pulih seperti sebelum pandemi, tetapi defisit fiskal mereka jauh lebih dalam dari Indonesia. Saya pikir apa yang dilakukan Indonesia relatif lebih baik dalam menggunakan instrumen fiskalnya untuk mengurangi dampak dari pandemi," tandas Ani.

Baca juga: Sri Mulyani Perpanjang Insentif Pajak Penghasilan, Simak Rinciannya

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Harga Jagung Turun di Sumbawa, Presiden Jokowi: Hilirisasi Jadi Kunci Stabilkan Harga

Whats New
IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

IHSG Ditutup Merosot 1,61 Persen, Rupiah Perkasa

Whats New
Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Emiten TPIA Milik Prajogo Pangestu Rugi Rp 539 Miliar pada Kuartal I 2024, Ini Sebabnya

Whats New
BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

BI Beberkan 3 Faktor Keberhasilan Indonesia Mengelola Sukuk

Whats New
Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Pertemuan Tingkat Menteri OECD Dimulai, Menko Airlangga Bertemu Sekjen Cormann

Whats New
Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Induk Usaha Blibli Cetak Pendapatan Bersih Rp 3,9 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Kembali ke Aturan Semula, Barang Bawaan dari Luar Negeri Tak Lagi Dibatasi

Whats New
Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Cek Tagihan Listrik secara Online, Ini Caranya

Work Smart
Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Harga Beras Alami Deflasi Setelah 8 Bulan Berturut-turut Inflasi

Whats New
17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

17 Bandara Internasional yang Dicabut Statusnya Hanya Layani 169 Kunjungan Turis Asing Setahun

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com