Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Biang Kerok Petani Ogah Menanam Kedelai Lokal

Kompas.com - 23/02/2022, 16:09 WIB
Muhammad Idris

Penulis

”Dari produksi, teknologi dan inovasi, serta sumber daya lokal penting untuk terus dikembangkan. Sementara dari tata niaga di hulu, bagaimana agar petani lebih terjamin dengan harga penjualan yang baik. Jika tidak demikian, petani tidak semangat untuk memproduksi kedelai yang berkualitas,” ujarnya.

Baca juga: Kata Mendag, Miliaran Babi di China Bikin Kedelai Impor RI Jadi Mahal

Indonesia pernah swasembada kedelai

Menilik ke belakang, sebagai negeri yang masyarakatnya mengonsumsi tempe dan tahu yang sangat besar, Indonesia sebenarnya pernah berhasil melakukan swasembada kedelai di era Orde Baru.

Di tahun 1990-1992, produksi kedelai Indonesia sempat mencapai 1,6 juta ton sampai 1,8 juta ton per tahun. Bandingkan dengan produksi kedelai saat ini yang sudah jauh merosot, berkisar 600.000 ton per tahun.

Kepala Divisi Ekofisiologi Tanaman, Departemen Agronomi dan Holtikultura, Institut Pertanian Bogor, Munif Ghulamahdi mengatakan saat petani lokal bisa memproduksi kedelai sebesar itu, jumlah penduduk juga belum sebanyak saat ini.

"Saat itu kita hampir swasembada kedelai. Namun, jumlah penduduk Indonesia saat ini lebih banyak dibanding dulu, sehingga area tanam pun semakin berkurang," kata dia.

Faktor yang membuat Indonesia harus mengimpor karena produksi kedelai lokal semakin menurun. Di sisi lain, permintaan kedelai semakin naik dari tahun ke tahun.

Baca juga: Harga Kedelai Mahal Bikin Perajin Tahu dan Tempe Berencana Mogok Kerja

Menurut Munif, minimnya produksi kedelai oleh para petani di Indonesia disebabkan karena harga kedelai yang tidak menentu. Oleh karena itu petani tidak terlalu melirik untuk menanam kedelai.

"Pada saat produksi kedelai di Indonesia meningkat, harga jualnya sangat minim, oleh karena itu harusnya ada pengamanan harga dari pemerintah supaya petani mau mengembangkan kedelai," katanya.

Menurutnya, apabila ingin meningkatkan produktivitas kedelai di Indonesia hingga swasembada, pemerintah harus meyakinkan petani terlebih dahulu.

"Saat produksi kedelai naik di Indonesia, biasanya dihargai murah. Mestinya pemerintah bisa membantu menjaga harga kedelai, karena kalau dibiarkan begitu saja petani jadi tidak yakin," katanya.

Selain menyusut akibat berkurangnya lahan tanam serta harga kedelai lokal yang tak ekonomis, kebijakan pemerintah yang melepaskan kendali dalam penetapan harga dan subsidi pada kedelai, secara perlahan membuat kebutuhan kedelai bergantung pada kedelai.

Pelepasan kendali pemerintah pada komoditas kedelai dilakukan sesuai dengan rekomendasi IMF (International Monetary Fund) saat krisis moneter tahun 1998 silam.

Sebagai informasi, pada 1998, sesuai kesepakatan yang tertuang dalam Letter of Intent (LoI) dengan IMF, peran Bulog sebagai pengelola persediaan dan harga beras, gula, gandum, terigu, kedelai, pakan dan bahan pangan lainnya harus dilepaskan. Hanya beras yang masih bisa dikontrol oleh Bulog.

Baca juga: Harga Kedelai Mahal, Pengusaha Tahu Kurangi Produksi

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com