Kedelai lokal unggul dari impor dalam hal bahan baku pembuatan tahu. Rasa tahu lebih lezat, rendemennya pun lebih tingi, dan resiko terhadap kesehatan cukup rendah karena bukan benih transgenik.
Baca juga: Harga Kedelai Impor Meroket, Perajin Tempe Tahu: Kami Prihatin
Sementara kedelai impor sebaliknya. Sekalipun unggul sebagai bahan baku tahu, kedelai lokal punya kelemahan untuk bahan baku tempe.
Penyebabnya, ukuran kecil atau tidak seragam dan kurang bersih, kulit ari kacang sulit terkelupas saat proses pencucian kedelai, proses peragiannya pun lebih lama. Lalu setelah berbentuk tempe, proses pengukusan lebih lama empuknya.
Bahkan bisa kurang empuk. Dalam hal budidaya kedelai baik lokal maupun impor punya kelebihan masing-masing. Kedelai lokal memeliki umur tanaman lebih singkat 2,5 - 3 bulan daripada impor yang mencapai 5 - 6 bulan.
Benihnya pun lebih alami dan non-transgenik. Akan tapi dalam hal produktivitas dan luas lahan, kedelai impor lebih tinggi. Bila varietes lokal umumnya masih berproduksi di bawah 2 ton per hektare, maka impor bisa mencapai 3 ton per hektarenya.
Biji impor pun umumnya lebih besar. Lemahnya produktivitas kedelai lokal tersebut tidak didukung oleh industri perbenihan yang kuat, mekanisasi usaha tani berskala besar serta efisien, dan juga lahan khusus kedelai yang luas.
Baca juga: Terus-terusan Impor, Apa Kabar Janji Jokowi soal Swasembada Kedelai?
"Ya petani kan rasional. Dari pada menanam kedelai ya lebih baik menanam beras dan jagung. Kecuali ada intervensi khusus dari pemerintah. Nah, itu bisa lain ceritanya," kata Made.
Menurut catatan Trading Economics, harga kedelai telah menyentuh 16 dollar AS per gantang. Grafik harga cenderung meningkat sejak November 2021 atau setelah sempat turun hingga 11,66 dollar AS per gantang. Sementara harga tertinggi tahun lalu mencapai 16,61 dollar AS per gantang, pada 12 Mei 2021.
Harga kedelai di tingkat importir Indonesia pada pekan pertama Februari 2022 mencapai Rp 11.240 per kg. Di tingkat produsen tahu dan tempe di DKI Jakarta, harga kedelai impor mencapai Rp 12.000 per kg. Dengan harga kedelai sebesar itu, sebagian produsen tahu tempe memilih berhenti produksi untuk sementara.
Dosen Departemen Sosial Ekonomi Pertanian pada Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, Subejo, berpendapat, naiknya harga kedelai impor yang berimbas pada produksi tahu tempe di Tanah Air adalah persoalan yang berulang tiap tahun. Produksi kedelai dalam negeri memang tidak mencukupi kebutuhan. Akan tetapi, perlu ada pembenahan dari hulu ke hilir.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.