Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Ini Beberapa Hambatan Ekonomi Digital di Indonesia

Kompas.com - 23/02/2022, 15:32 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ekonomi digital Indonesia di masa pandemi mengalami pertumbuhan.

Research Director Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia, Piter Abdullah Redjalam mengatakan, ekonomi digital di masa pandemi memiliki peran besar dalam masyarakat.

Ia mengamati e-commerce mengalami pertumbuhan yang pesat pada tahun 2020 dan 2021.

"E-commerce yang tumbuh diikuti juga dengan meningkatnya penggunaan e-money dan digital banking. Seperti kita tahu, Indonesia memiliki potensi ekonomi digital yang sangat besar," jelas Piter dalam acara "Manakar Ekonomi Digital dan Prospek Saham Teknologi di Pasar Modal Indonesia" pada Selasa, (22/2/2022).

Baca juga: PPKM Dinilai Berpotensi Genjot Transaksi Ekonomi Digital

Meski demikian, ia membeberkan adanya beberapa faktor yang menghambat berkembangnya ekonomi digital. Yang pertama, inklusi finansial yang masih rendah. Hanya sekitar 48 persen penduduk yang memiliki akun di lembaga keuangan.

Selain itu, jumlah penduduk yang melakukan pembelian online ternyata baru di angka 11 persen.

Dari segi teknis, Piter mencatat penetrasi internet di Indonesia terbilang rendah di angka 64 persen. Belum lagi, kecepatan internet di Indonesia rata-rata hanya 13,83 Mbps.

Dia menambahkan, dari data tersebut ternyata layanan internet di Indonesia juga belum merata alias masih banyak daerah yang tidak mendapatkan akses internet.

Piter berharap, pemerintah dapat bergerak mengambil peran demi mendongkrat potensi ekonomi digital.

"Pemerintah bisa lebih fokus untuk regulasi infrastruktur, perlindungan, ketersediaan data, dan sumber daya manusia. Maksudnya pemerintah juga harus mengarahkan strategi pendidikan untuk menyediakan SDM. Kita sangat mengharapkan peran pemerintah," tambah Pieter.

Menyitir data Kementerian Perdagangan, Pieter bilang pada tahun 2030 ekonomi digital Indonesia akan naik 8 kali lipat. Percepatan teknologi akan meresap ke setiap bidang industri.

"Untuk masa depan itu tak terbayangkan. Perubahan ini sangat cepat, ekponensial. Yang saat ini kita sebut bisnis digital, tahun 2030 tidak bisa ita bedakan lagi bisnis digital dan non digital. Semuanya akan menjadi digital pada waktunya," tambah dia.

Dalam kesempatan itu ia menggarisbawahi tren tertariknya perusahaan berbasis teknologi untuk melantai di bursa. Dalam hal ini misalnya Bukalapak (BUKA) dan Bank Jago (ARTO). Tren perusahaan berbasis teknologi melakukan initial public offering (IPO) juga diramalkan bakal terus berlanjut tahun ini.

Baca juga: CIPS: RUU Perlindungan Data Pribadi Penentu Perkembangan Ekonomi Digital Indonesia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com