Oleh: Meylisa Permata Sari, S.Psi., M.Sc. dan Angelia Lordy Setiawan
SITUASI pandemi Covid-19 telah berjalan selama lebih dari setahun, dan berbagai cara telah
dilakukan untuk memutus rantai penyebaran Covid-19.
Beberapa kebijakan yang dibuat oleh Pemerintah Indonesia difokuskan untuk membatasi pergerakan masyarakat guna memutus rantai penyebaran dan mencegah peningkatan angka positif, seperti PSBB, PSBB transisi, dan PSBB pengetatan hingga yang diberlakukan baru-baru ini adalah PPKM.
Situasi tersebut berdampak pada semua lapisan masyarakat. Salah satu lapisan yang terdampak paling besar adalah para pelaku UMKM.
Dari survei yang dilakukan oleh Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), ditemukan bahwa 94,69 persen pelaku usaha UMKM mengalami penurunan penjualan.
Hal ini juga dirasakan oleh kedua pelaku UMKM di Jambi, yang disampaikan kepada penulis pada kegiatan Pengabdian Kepada Masyarakat (PKM) yang diselenggarakan oleh Fakultas Psikologi Universitas Tarumanagara.
Mereka melaporkan bahwa penjualan menurun terutama setelah tidak dapat berjualan di depan sekolah.
Selain dampak finansial, ternyata situasi pandemi juga berpengaruh pada kesehatan mental pelaku UMKM.
Mereka menjadi lebih khawatir, tertekan, dan stres memikirkan bagaimana usahanya ke depan, dan berharap adanya sosok yang dapat menjadi pahlawan atau hero bagi dirinya.
Hero tersebut diharapkan dapat membantu mereka menghadapi permasalahan tersebut.
Ternyata, hasil penelitian menunjukkan bahwa setiap orang memiliki pahlawan bagi dirinya sendiri.
Siapa sih pahlawan tersebut? Iron Man? Captain America?
Bukan! Pahlawan tersebut tidak lain adalah diri individu itu sendiri. Kok bisa?
Setiap individu memiliki modal psikologis (psychological capital) yang dapat
dikembangkan dalam menghadapi segala permasalahan yang terjadi di dalam hidupnya.
Apa itu Psychological Capital (Modal Psikologis)?