JAKARTA, KOMPAS.com - Harga gandum dunia melesat seiring dengan semakin panasnya konflik Rusia-Ukraina. Tercatat harga gandum berjangka sempat melesat ke level tertinggi sejak 2008, yakni hampir mencapai 10 dollar AS per gantang.
Konflik antara Rusia-Ukraina menjadi sangat berpengaruh terhadap pergerakan harga gandum berjangka. Pasalnya, kedua negara tersebut memiliki porsi besar terhadap pasokan gandum, yakni sekitar 25 persen ekspor gandum dunia.
Kenaikan harga gandum tersebut pada akhirnya berpotensi berimbas kepada harga produk-produk berbahan baku gandum, seperti mi instan.
Baca juga: IHSG Ditutup Menguat, Net Buy Asing Mencapai Rp 2,4 Trilun
Ketua Umum Gabungan Produsen Makanan Minuman Indonesia (Gapmmi) Adhi S. Lukman mengatakan, saat ini produsen produk bahan pokok gandum masih memperhatikan perkembangan harga ke depan.
"Informasi masih minim. Karena sekarang produsen masih wait and see," kata dia kepada Kompas.com, Jumat (4/3/2022).
Terkait dengan potensi kenaikan harga produk olahan gandum, termasuk mi instan, Adhi menyebutkan, pihaknya masih melakukan pembahasan dengan para pemangku kepentingan terkait. Ia bilang, pembahasan juga dilakukan dengan melibatkan pengusaha ritel.
"Industri produk jadi memang tidak bisa naik turun harga terlalu sering. Karena perubahan harga biasa harus runding dengan peritel," ujarnya.
Baca juga: Kenali Ciri-ciri Developer Bodong agar Tidak Tertipu Saat Beli Rumah
Ia mengungkapkan berbagai upaya efisiensi disiapkan produsen untuk mencegah terjadinya kenaikan harga mi instan. Kenaikan harga akan menjadi opsi terakhir produsen dalam merespons melesatnya harga gandum yang merupakan bahan pokok utama produksi.
"Baru setelah itu (berunding) berlaku harga baru," ucapnnya.
Invasi Rusia ke Ukraina berefek pada harga gandum dunia. Tercatat, harga gandum berjangka sempat naik sekitar 5,35 persen menjadi 9,84 dollar AS per gantang atau sekitar Rp 140.712 (kurs Rp 14.300 per dollar AS).
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.