Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Pertahankan Suku Bunga Acuan di Tengah Normalisasi Kebijakan Global, Apakah Tepat?

Kompas.com - 20/04/2022, 21:09 WIB
Rully R. Ramli,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) memutuskan untuk kembali mempertahankan suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) di level 3,5 persen pada gelaran Rapat Dewan Gubernur BI April 2022.

Keputusan itu diambil BI di tengah normalisasi kebijakan moneter yang berlangsung. Puluhan bank sentral dunia pun telah melakukan penyesuaian terhadap suku bunga acuannya.

Chief Economist Bank Mandiri Andry Asmoro mengatakan, keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuannya di level terendah selaras dengan tingkat inflasi nasional yang relatif terjaga.

Baca juga: Lagi, BI Pertahankan Suku Bunga Acuan di Level 3,5 Persen, Ini Alasannya

Dengan mempertimbangkan inflasi yang masih terjaga, suku bunga riil atau real interest rates Indonesia dinilai masih lebih menarik dibanding dengan negara berkembang lain.

Asal tahu saja, suku bunga riil merupakan suku bunga murni yang telah memasukkan inflasi sebagai faktor penentunya, sehingga suku bunga ini menampilkan return bersih yang akan diterima setelah dikurangi inflasi.

"Kata kan sekarang yield kita 6,9 persen, inflasi kata kan 2 persen, real rates kita 4,9 persen. Itu masih lebih tinggi dari real yield negara berkembang atau yang sama ratingnya," ujar Andry, di Jakarta, dikutip Rabu (20/4/2022).

Selain itu pergerakan nilai tukar rupiah dinilai relatif stabil, disebabkan oleh porsi kepemilikan asing di pasar uang yang relatif lebih rendah dibanding beberapa tahun terakhir.

Andry bilang, saat ini kepemilikan asing di pasar obligasi berada di kisaran 17 persen, sehingga sentimen global tidak berpengaruh signifikan terhadap pergerakan aliran modal.

"Artinya volatilitasnya aliran modal keluarnya enggak akan banyak," kata dia.

Apabila nantinya memang terjadi aliran modal asing keluar yang tinggi, Andry menilai, BI memiliki kapabilitas yang baik untuk melakukan intervensi, dengan tingkat cadangan devisa saat ini yang tinggi.

Kemudian, kondisi defisit transaksi berjalan yang terus membaik ditopang oleh surplus neraca peradagangan, membuat tekanan terhadap rupiah semakin minim.

Baca juga: Harga Berbagai Komoditas Melonjak, Target Inflasi BI Masih Bisa Tercapai?

Dengan melihat faktor-faktor tersebut, Andry menilai, keputusan BI untuk mempertahankan suku bunga acuannya di tengah normalisasi kebijakan moneter global masih tepat.

"Memang kalau dilihat suku bunga sekarang ditahan masih relatif karena risiko masih bisa diantisipasi," katanya.

Menurutnya, pertimbangan penyesuaian suku bunga BI baru perlu dilakukan setelah harga-harga komoditas yang ditentukan, seperti bahan bakar minyak dan listrik mengalami kenaikkan.

"Yang jadi catatan kemudian kalau nanti inflasi tinggi. Misal jadi Pertalite dinaikkin, itu akan check up inflation," ucap Andry.

Baca juga: Inflasi Merangkak Naik, Kapan BI Sesuaikan Suku Bunga?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Spend Smart
Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com