Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Setelah RI Larang Ekspor CPO, Giliran India Kini Larang Ekspor Gandum

Kompas.com - 14/05/2022, 23:00 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber Bloomberg

KOMPAS.com - Pemerintah India akan secara resmi melarang ekspor gandum. Negara Asia Selatan ini merupakan produsen gandum nomor dua terbesar dunia setelah China dengan kapasitas produksi mencapai 107,5 juta ton.

Larangan tersebut dinilai bakal mengganggu pangan secara global. Terlebih ekspor gandum dari negara Laut Hitam kini terganggu akibat bentrok militer Rusia-Ukraina.

Indonesia sendiri mengimpor gandum dari India setiap tahunnya mencapai 11,7 juta ton. Angka impor tersebut naik 31,6 persen dibanding pada tahun sebelumnya.

Dikutip dari Bloomberg, Sabtu (14/5/2022), saat larangan berlaku, ekspor gandum masih bisa dilakukan, namun dengan jumlah terbatas hanya ke negara-negara yang ketahanan pangannya kritis.

Baca juga: 3 Bulan Bisnis Jalan Tol, Jasa Marga Sudah Untung Rp 392 Miliar

Direktorat Jenderal Perdagangan Luar Negeri India menyebutkan, pemberitahuan larangan ekspor gandum sudah dirilis per 13 Mei 2022, di mana semua pengiriman baru gandum dari pelabuhan akan mulai dilarang.

Menteri Urusan Pangan India, Sudhanshu Pandey, mengungkapkan larangan ekspor gandum diperlukan karena harga komoditas pokok tersebut mengalami lonjakan di dalam negeri.

Ia mengatakan, dengan melarang ekspor gandum ke luar India, diharapkan bisa membantu menekan harga. Menurut pemerintah, kebijakan ini juga bisa mendorong gandum yang sedianya diekspor untuk dialihkan ke pihak yang membutuhkan di pasar domestik.

Keputusan pemerintah India melarang ekspor gandum ini dibuat setelah adanya kekhawatiran dampak inflasi yang tinggi baru-baru ini. Yang pada akhirnya, mendorong pemerintah lebih ketat dalam urusan ekspor pangan.

Baca juga: 2 Cara Mengetahui Nomor Kartu ATM BRI

Sebagaimana diketahui, situasi memanasnya geopolitik global terutama perang di Ukraina membuat perdagangan dunia terganggu, di mana beberapa komoditas harganya melonjak drastis.

Di sektor energi, harga minyak dan gas mengalami mengalami kenaikan signifikan sejak Rusia melancarkan aksi militer di Ukraina.

Harga CPO yang merupakan minyak nabati juga mengalami kenaikan, membuat Indonesia melarang ekspor setelah berbulan-bulan polemik mahalnya harga minyak goreng di dalam negeri belum juga terselesaikan.

Sementara produsen CPO lainnya, Malaysia, lebih memilih menyubsidi harga minyak goreng kepada warganya ketimbang mengeluarkan larangan ekspor.

Baca juga: 11 Jenis Tabungan BCA: Biaya Admin, Bunga, dan Fasilitasnya

Harga CPO melambung karena ekspor minyak biji matahari Ukraina terdampak perang. Sementara Rusia sendiri, merupakan salah satu eksportir pangan terbesar secara global.

Pemerintah di seluruh dunia memang tengah berupaya keras untuk menjaga dan memastikan pasokan pangan dalam negeri tetap aman, mengingat banyak komoditas pangan mengalami kenaikan komoditas pertanian.

Serbia dan Kazakhtan yang juga merupakan eksportir gandum, kini juga melakukan pembatasan ekspor dengan mengeluarkan kebijakan kuota.

Halaman:
Sumber Bloomberg
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda

Terkini Lainnya

[POPULER MONEY] Saham GOTO Malah Anjlok Setelah TikTok Masuk Tokopedia | Indonesia Kian Mantap 'Tinggalkan' Dollar AS

[POPULER MONEY] Saham GOTO Malah Anjlok Setelah TikTok Masuk Tokopedia | Indonesia Kian Mantap "Tinggalkan" Dollar AS

Whats New
Target Investasi Rp 1.650 Triliun, Bahlil: Kalau Capresnya Otaknya Beda, Bagaimana Bisa Merealisasikan...

Target Investasi Rp 1.650 Triliun, Bahlil: Kalau Capresnya Otaknya Beda, Bagaimana Bisa Merealisasikan...

Whats New
Cegah Penyelundupan, Vietnam Ditawari Tanam Investasi Benih Lobster di RI

Cegah Penyelundupan, Vietnam Ditawari Tanam Investasi Benih Lobster di RI

Whats New
TikTok Gandeng Tokopedia, Teten Wanti-wanti Hal Ini

TikTok Gandeng Tokopedia, Teten Wanti-wanti Hal Ini

Whats New
Dentsu Creative Indonesia Sabet Penghargaan Kreatif di Citra Pariwara

Dentsu Creative Indonesia Sabet Penghargaan Kreatif di Citra Pariwara

Whats New
Cara Setor Tunai BNI di ATM dengan Mudah, Bisa Tanpa Kartu

Cara Setor Tunai BNI di ATM dengan Mudah, Bisa Tanpa Kartu

Spend Smart
Cara Memindahkan m-Banking BRI ke HP Baru Tanpa Harus ke Bank

Cara Memindahkan m-Banking BRI ke HP Baru Tanpa Harus ke Bank

Whats New
Super Air Jet Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan SMA/SMK, Simak Persyaratannya

Super Air Jet Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan SMA/SMK, Simak Persyaratannya

Work Smart
Buka Tabungan Luar Negeri Bisa di BRImo, Begini Caranya

Buka Tabungan Luar Negeri Bisa di BRImo, Begini Caranya

Whats New
Harbolnas 2023, Mendag Zulhas Ajak Konsumen Belanja Produk-produk UMKM

Harbolnas 2023, Mendag Zulhas Ajak Konsumen Belanja Produk-produk UMKM

Whats New
Ganjil Genap Berlaku di Puncak Bogor Saat Libur Natal dan Tahun Baru

Ganjil Genap Berlaku di Puncak Bogor Saat Libur Natal dan Tahun Baru

Whats New
Setuju Hilirisasi Ada Kekurangan, Bahlil: Yang Namanya Kita Kaya Bayi, Jatuh Bangun Biasa...

Setuju Hilirisasi Ada Kekurangan, Bahlil: Yang Namanya Kita Kaya Bayi, Jatuh Bangun Biasa...

Whats New
Ini Deretan Promo Shopee Puncak 12.12 Birthday Sale, Jangan Terlewat!

Ini Deretan Promo Shopee Puncak 12.12 Birthday Sale, Jangan Terlewat!

Whats New
Selama Nataru, Hanya Truk BBM-Pangan yang Boleh Beroperasi

Selama Nataru, Hanya Truk BBM-Pangan yang Boleh Beroperasi

Whats New
BPDLH dan UNDP Luncurkan 'Catalytic Fund', Apa Itu?

BPDLH dan UNDP Luncurkan "Catalytic Fund", Apa Itu?

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com