Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

DPR Minta Pejabat Kementan Diberhentikan Jika Tak Sanggup Sediakan Vaksin PMK dalam 3 Bulan

Kompas.com - 23/05/2022, 19:50 WIB
Ade Miranti Karunia,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Ketua Komisi IV DPR RI Sudin kembali mempertanyakan kesanggupan pemerintah dalam hal ini Kementerian Pertanian (Kementan) untuk menangani wabah penyakit mulut dan kaki (PMK) yang menyerang hewan ternak.

Pasalnya, Kementan telah menyatakan akan menyediakan vaksin PMK dalam estimasi waktu 3-4 bulan. Padahal pabrik penyedia vaksin PMK tersebut kata Sudin, tak lagi beroperasional di Surabaya, Jawa Timur.

"Saya tanya, Anda jawab jujur (kepada pejabat Kementan yang mencari vaksin). Sanggup Anda menyediakan vaksinnya (PMK) tiga bulan? Dari tahun 1989, pabrik vaksin (PMK) sudah tutup yang di Surabaya. Sanggup atau tidak?," tanyanya dalam pembukaan Rapat Kerja ditayangkan secara virtual, Senin (23/5/2022).

Baca juga: Ada Wabah PMK, Mentan Pastikan 1,7 Juta Lebih Hewan Kurban Layak Potong

Pihak Kementan pun dengan yakin menyanggupi waktu tiga bulan vaksin pencegah PMK bisa tersedia. Bila dari tenggat waktu tersebut tidak tersedia, Komisi IV DPR RI meminta penjabat yang menangani PMK untuk dicopot dari jabatannya di Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Ditjen PKH) Kementan.

"Bisa tiga bulan? Anda jamin? Saya masukkan dalam kesimpulan rapat. Kalau enggak bisa, saya minta Anda dan Dirjennya diberhentikan. Karena saya sudah cek tidak mungkin bisa (disediakan) dalam tiga bulan," ucap Sudin.

Di seluruh hadapan jajaran Komisi IV DPR, Sudin dengan tegas memastikan bahwa vaksinasi pencegah PMK hingga kini belum tersedia. Malah legislator dari PDI Perjuangan ini mempertanyakan langkah Mentan Syahrul Yasim Limpo (SYL) yang akan berangkat ke Brasil untuk mencari vaksin PMK.

Baca juga: Komisi IV DPR Minta Kementan Jujur soal Asal Penyebaran PMK Hewan Ternak

Padahal ketika ditanya oleh Sudin, pihak Kementan telah mengakui ketidaktahuan asal wabah tersebut. Malah Sudin mendapat laporan bahwa wabah ini awalnya berasal dari India. Justru mengherankan bila Kementan malah mencari vaksin PMK ke Brasil.

"Hari ini, Indonesia tidak punya vaksin untuk PMK. Belum ada. Berarti Pak Menteri mau ke Brasil bicara soal vaksin, beda stereotypenya, beda. Sekarang bibit vaksinnya dari mana? 89 persen pabrik vaksin di Surabaya tutup. India ada vaksinnya, tapi mereka enggak mau ekspor. Saya sudah cek," ucapnya.

Dalam raker itu, Dirjen PKH Kementan Nasrullah dihadapkan pertanyaan bertubi2 dari Sudin. Salah satunya terkait penanganan Kementan atasi hewan ternak yang positif terkena PMK. Nasrullah pun menjawab akan memberikan pengobatan dengan cara menambah imunitas.

"Pengobatannya (untuk hewan ternak positif PMK) kita tingkatkan imunitas tubuh," ujarnya.

Sebagaimana diketahui, Kementan telah menetapkan dua daerah yang dilanda wabah penyakit mulut dan kuku pada hewan, yaitu Kabupaten Aceh dan Kabupaten di Jawa Timur. Mentan SYL sebelumnya mengatakan, dengan ditetapkannya daerah yang dilanda PMK, pihaknya telah melakukan berbagai upaya untuk meminimalisir penyebaran. Di antaranya, membuat langkah darurat atau agenda SOS, langkah temporary, dan agenda recovery atau pemulihan.

Baca juga: Wabah PMK, Mentan: Banyak Hewan Ternak yang Sudah Sembuh, Sudah Lincah Kembali...

 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Harga Bahan Pokok Minggu 28 April 2024, Harga Daging Ayam Ras Naik

Whats New
SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

SILO Layani Lebih dari 1 Juta Pasien pada Kuartal I 2024

Whats New
Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Bulog Diminta Lebih Optimal dalam Menyerap Gabah Petani

Whats New
Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Empat Emiten Bank Ini Bayar Dividen pada Pekan Depan

Whats New
[POPULER MONEY] Sri Mulyani 'Ramal' Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

[POPULER MONEY] Sri Mulyani "Ramal" Ekonomi RI Masih Positif | Genset Mati, Penumpang Argo Lawu Dapat Kompensasi 50 Persen Harga Tiket

Whats New
Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Ketahui, Pentingnya Memiliki Asuransi Kendaraan di Tengah Risiko Kecelakaan

Spend Smart
Perlunya Mitigasi Saat Rupiah 'Undervalued'

Perlunya Mitigasi Saat Rupiah "Undervalued"

Whats New
Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Ramai Alat Belajar Siswa Tunanetra dari Luar Negeri Tertahan, Bea Cukai Beri Tanggapan

Whats New
Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Sri Mulyani Jawab Viral Kasus Beli Sepatu Rp 10 Juta Kena Bea Masuk Rp 31 Juta

Whats New
Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Sri Mulyani Jelaskan Duduk Perkara Alat Belajar Tunanetra Milik SLB yang Ditahan Bea Cukai

Whats New
Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Apa Itu Reksadana Terproteksi? Ini Pengertian, Karakteristik, dan Risikonya

Work Smart
Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Cara Transfer BNI ke BRI lewat ATM dan Mobile Banking

Spend Smart
Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Suku Bunga Acuan Naik, Apa Dampaknya ke Industri Multifinance?

Whats New
Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Aturan Impor Produk Elektronik Dinilai Bisa Perkuat Industri Dalam Negeri

Whats New
Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Cara Beli Pulsa melalui myBCA

Spend Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com