Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Para Taipan Berbondong-bondong Tinggalkan Rusia, Apa Sebabnya?

Kompas.com - 15/06/2022, 13:33 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Para taipan atau orang kaya di Rusia berbondong-bondong meninggalkan negaranya setelah ada kabar invasi ke Ukraina dan sanksi dari negara Barat.

Henley and Partners, perusahaan yang membantu klien kaya pindah ke luar negeri mengatakan, jumlah taipan yang pergi tiga kali lipat lebih banyak dibandingkan tahun sebelumnya.

Sanksi dari negara Barat kepada Rusia ini dikabarkan menjadi biang kerok taipan di Rusia pergi. Rusia diperkirakan menderita kerugian bersih sekitar 15.000 individu dengan kekayaan bersih tinggi (HNWI).

Baca juga: Akibat Perang Rusia-Ukraina, OECD Proyeksi Ekonomi Global Tahun Ini Hanya 3 Persen

Ini dapat didefinisikan sebagai orang dengan aset bersih sekitar 1 juta dollar AS atau sekitar Rp 14,7 miliar (kurs 14.700) pada tahun 2022, dibandingkan dengan 5.500 pada 2019. Atau, angka tersebut setara dengan 15 persen dari populasi orang kaya di Rusia.

Kepala Peneliti di Perusahan Analitik New World Wealth Andrew Amoils mengatakan, Rusia telah menghancurkan para jutawan di negaranya.

"Angka migrasi kekayaan adalah ukuran penting dari kesehatan ekonomi. Ini juga bisa menjadi pertanda buruk yang akan datang," kata dia, dikutip dari CNN, Rabu (15/6/2022).

"Jika melihat keruntuhan negara besar manapun dalam sejarah, biasanya didahului oleh migrasi orang kaya dari negara itu," imbuh dia.

Sementara itu, juru bicara Kremlin Dmitry Peskov menyangkal laporan tersebut. Ia bilang, Rusia tidak memperhatikan tren taipan yang keluar dari negaranya.

Sedikit catatan, tingkat migrasi orang kaya dan berkuasa Rusia sempat turun tajam pada tahun 2020 dan 2021 karena pandemi Covid-19 membuat penjalanan internasional dan perbatasan ditutup.

Baca juga: Pemerintah Waspada Krisis Pangan akibat Konflik Rusia-Ukraina

Di sisi lain, berdasarkan data dari Dana Moneter Internasional atau IMF, perekonomian Rusia diperkirakan menyusut sebesar 8,5 persen tahun ini.

Hal ini lantaran negara Barat memberikan sanksi hukuman terhadap Moskow. Dalam kasus ini, sanksi termasuk juga mengusir beberapa bank Rusia dari SWIFT, jaringan pembayaran global, dan membekukan sekitar setengah dari cadangan internasional negara tersebut.

Tak hanya itu, puluhan perusahaan barat, termasuk beberapa retail kelas atas juga telah berhenti berbisnis di negara itu.

Berdasarkan data yang dimiliki Henley and Partners, jumlah taipan yang akan meninggalkan Rusia diprediksi lebih dari 9 kali lipat dibandingkan tahun 2021.

Adapun, para taipan Rusia ini diperkirakan akan melangkahkan kakinya menuju negara-negara di Eropa Selatan. Kabarnya, sebagian dari mereka memiliki rumah kedua di sana.

Selain itu, Uni Emirat Arab juga dilirik dapat menjadi tempat persinggahan para taipan karena tarif pajaknya nol.

Uni Emirat Arab diprediksi akan menyalip Amerika Serikat dan Inggris Raya sebagai tujuan para taipan yang berpindah tahun ini.

Henley & Partners memperkirakan negara tersebut menyambut 4.000 HNWI pada akhir tahun, dibandingkan sekitar 1.000 setiap tahun sebelum pandemi.

Amoils membeberkan, para taipan tertarik ke Uni Emirat Arab sebagai pusat bisnis internasional karena memiliki reputasi sebagai oasis yang aman di kawasan Timur Tengah dan Afrika.

Baca juga: Perang Rusia-Ukraina Timbulkan Masalah Ekonomi, Isu Utama Presidensi G20 RI Masih Relevan?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Cara Bayar Pajak Daerah secara Online lewat Tokopedia

Spend Smart
Apa Itu 'Cut-Off Time' pada Investasi Reksadana?

Apa Itu "Cut-Off Time" pada Investasi Reksadana?

Earn Smart
Mengenal Apa Itu 'Skimming' dan Cara Menghindarinya

Mengenal Apa Itu "Skimming" dan Cara Menghindarinya

Earn Smart
BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

BRI Beri Apresiasi untuk Restoran Merchant Layanan Digital

Whats New
Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Kemenhub Tingkatkan Kualitas dan Kompetensi SDM Angkutan Penyeberangan

Whats New
CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

CGAS Raup Pendapatan Rp 130,41 Miliar pada Kuartal I 2024, Didorong Permintaan Ritel dan UMKM

Whats New
Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Simak Cara Menyiapkan Dana Pendidikan Anak

Earn Smart
HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

HET Beras Bulog Naik, YLKI Khawatir Daya Beli Masyarakat Tergerus

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Pertumbuhan Ekonomi Indonesia Lampaui Malaysia hingga Amerika Serikat

Whats New
KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

KKP Terima 99.648 Ekor Benih Bening Lobster yang Disita TNI AL

Rilis
Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Di Hadapan Menko Airlangga, Wakil Kanselir Jerman Puji Pertumbuhan Ekonomi Indonesia

Whats New
Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Soal Rencana Kenaikan Tarif KRL, Anggota DPR: Jangan Sampai Membuat Penumpang Beralih...

Whats New
Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Menteri ESDM Pastikan Perpanjangan Izin Tambang Freeport Sampai 2061

Whats New
Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan 'Daya Tahannya'

Pertumbuhan Ekonomi 5,11 Persen, Sri Mulyani: Indonesia Terus Tunjukan "Daya Tahannya"

Whats New
“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

“Wanti-wanti” Mendag Zulhas ke Jastiper: Ikuti Aturan, Kirim Pakai Kargo

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com