Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bank Dunia Proyeksi Ekonomi Indonesia 2022 Tumbuh 5,1 Persen

Kompas.com - 22/06/2022, 16:38 WIB
Fika Nurul Ulya,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Dunia (World Bank) memproyeksi ekonomi Indonesia pada tahun 2022 mampu tumbuh 5,1 persen dan meningkat menjadi 5,3 persen pada tahun 2023.

Pertumbuhan ekonomi itu terjadi diasumsikan oleh beberapa hal, yakni pelepasan permintaan yang tertahan (pent-up demand), kepercayaan konsumsi yang meningkat, dan nilai tukar perdagangan yang lebih baik.

Sementara, inflasi diproyeksi meningkat menjadi 3,6 persen (yoy) seiring dengan peningkatan permintaan dalam negeri dan harga-harga komoditas yang lebih tinggi.

Baca juga: Jinakkan Inflasi, The Fed Menaikkan Suku Bunga 0,75 Persen pada Juni 2022

"Pada skenario baseline, pertumbuhan PDB yang diproyeksi sebesar 5,1 persen pada tahun 2022, meningkat menjadi 5,3 persen pada tahun 2023," tulis Bank Dunia dalam laporan terbarunya Financial Deepening for Stronger Growth and Sustainable Recovery, Rabu (22/6/2022).

Kendati demikian, prospek itu bisa menurun menjadi hanya 4,6 persen pada tahun 2022 dan 4,7 persen pada tahun 2023 akibat tekanan dari lingkungan ekonomi global. Tekanan itu membuat tingkat inflasi di Indonesia meningkat lebih tinggi yang memaksa realokasi fiskal ke belanja subsidi.

"Dapat memicu skenario penurunan dengan tekanan inflasi yang lebih tinggi yang memaksa realokasi fiskal ke subsidi yang tidak ditargetkan, penurunan permintaan untuk ekspor komoditas, dan pembiayaan eksternal yang ketat yang berdampak pada biaya pinjaman dan keinginan investasi sektor swasta," sebut laporan.

Selain pandemi, tekanan global dipengaruhi oleh konflik Rusia dengan Ukraina. Pertumbuhan ekonomi global diperkirakan akan melambat dari 5,7 persen pada tahun 2021 menjadi 2,9 persen pada tahun 2022.

Sebagai akibat dari perang Rusia-Ukraina, harga sebagian besar komoditas global akan jauh lebih tinggi di tahun 2022. Harga-harga ini juga diperkirakan mencapai puncaknya pada tahun 2022 dan diproyeksi tetap tinggi dalam jangka menengah.

"Hal ini meningkatkan kekhawatiran atas kerawanan ketahanan pangan dan kemiskinan, serta meningkatnya inflasi. Ini dapat menyebabkan kondisi keuangan yang lebih ketat, yang memperbesar kerentanan sektor keuangan," sebut laporan.

Sementara itu, defisit fiskal diproyeksi menyempit menjadi 3 persen dari PDB pada tahun 2023, sejalan dengan komitmen pemerintah.

Baca juga: Ekonomi 60 Negara Diprediksi Ambruk, Bagaimana dengan Indonesia?

Laporan mengungkapkan, penyesuaian fiskal sekitar 1,6 persen dari PDB akan diperlukan untuk mencapai target defisit pemerintah tersebut. Hal ini diharapkan dapat dicapai melalui penyesuaian yang seimbang dari pengurangan belanja dan reformasi kebijakan untuk meningkatkan penerimaan.

Penerimaan negara sendiri diproyeksi tinggi karena reformasi pajak dan harga-harga komoditas yang lebih kuat UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan diproyeksi dapat meningkatkan penerimaan rata-rata 0,9 persen dari PDB selama 2022-2025.

Sedangkan, belanja pemerintah diproyeksi menurun secara bertahap dengan dihapusnya program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) dan anggaran pandemi Covid-19.

"Namun belanja untuk subsidi bahan bakar dan listrik diperkirakan akan meningkat secara sementara pada tahun 2022, karena pemerintah menerapkan transmisi kenaikan harga passthrough secara sebagian dari harga energi global yang lebih tinggi ke harga eceran," ungkap laporan.

Baca juga: Peta Jalan Inovasi Ekonomi Nasional

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani:

Dana Asing Rp 29,73 Triliun Cabut dari Indonesia, Ini Kata Sri Mulyani:

Whats New
Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Pelita Air Buka Rute Langsung Jakarta-Kendari, Simak Jadwalnya

Whats New
Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Bank Ina Ditunjuk sebagai Bank Persepsi

Whats New
BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

BI Rate Naik, Perbankan Antisipasi Lonjakan Suku Bunga Kredit

Whats New
Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Menhub Tawarkan 6 Proyek TOD di Sekitar Stasiun MRT ke Investor Jepang

Whats New
Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Terbebani Utang Kereta Cepat, KAI Minta Keringanan ke Pemerintah

Whats New
ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

ByteDance Ogah Jual TikTok ke AS, Pilih Tutup Aplikasi

Whats New
KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

KKP Tangkap Kapal Malaysia yang Curi Ikan di Selat Malaka

Whats New
Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Soal Denda Sepatu Rp 24,7 Juta, Dirjen Bea Cukai: Sudah Sesuai Ketentuan...

Whats New
Permintaan 'Seafood' Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Permintaan "Seafood" Global Tinggi jadi Peluang Aruna Perkuat Bisnis

Whats New
BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

BFI Finance Cetak Laba Bersih Rp 361,4 Miliar pada Kuartal I-2024

Whats New
Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Blue Bird Luncurkan Layanan Taksi untuk Difabel dan Lansia, Ada Fitur Kursi Khusus

Whats New
Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Melihat Peluang Industri Digital Dibalik Kolaborasi TikTok Shop dan Tokopedia

Whats New
Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Walau Kas Negara Masih Surplus, Pemerintah Sudah Tarik Utang Baru Rp 104,7 Triliun Buat Pembiayaan

Whats New
Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Persaingan Usaha Pelik, Pakar Hukum Sebut Program Penyuluh Kemitraan Solusi yang Tepat

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com