Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Kereta Cepat Tak Sampai Kota Bandung, Kira-kira yang Minat Banyak?

Kompas.com - Diperbarui 17/07/2022, 11:37 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Namun, Dwiyana mengatakan perkiraan jumlah penumpang ini lebih rendah dari riset LAPI ITB yang sempat merilis angka pengguna 61.000 penumpang per hari.

Baca juga: Dilema Kereta Cepat: Target Molor Terus dan Biaya Makin Membengkak

"Penurunan permintaan ini terjadi karena riset Polar UI didasari pada kondisi pandemi Covid-19 dan dampak turunan lainnya yang berimbas pada turunnya mobilitas warga," katanya.

Ia juga mengakui jumlah penumpang kereta cepat Jakarta-Bandung ini akan terdampak pandemi Covid-19 dan mempengaruhi proyeksi pengangkutan hingga lima tahun ke depan.

"Perhitungan demand forecast yang terkini menggunakan pendekatan serta asumsi pertumbuhan yang konservatif, terutama di lima tahun pertama masa pengoperasian, dan tentu kami terus berharap pandemi ini segera usai sehingga mobilitas warga bisa kembali normal," katanya.

Meski demikian, ia menyakini potensi perekonomian yang membaik dan kembalinya aktivitas manusia bisa menjadi harapan adanya peningkatan jumlah penumpang kedepannya.

"Walaupun dalam lima tahun pertama pertumbuhan penumpang diasumsikan kecil (konservatif), namun di tahun berikutnya diharapkan akan ada masa mobilitas orang akan membaik seiring dengan menggeliatnya perekonomian kita pasca-Covid-19," kata Dwiyana.

Baca juga: Nasib Garuda: Rugi Rp 62,3 Triliun, lalu Disuntik APBN Rp 7,5 Triliun

Dikritik

Ketua Bidang Advokasi dan Kemasyarakatan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI), Djoko Setijowarno, mengatakan proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung memang bisa dibilang proyek serba "nanggung".

"Kereta Cepat Jakarta Bandung proyek yang nanggung, karena apa? Stasiun terakhirnya ada di pinggiran keramaian di Tegalluar, bukan di Kota Bandung," kata Djoko.

Sebagai ilustrasi, apabila seorang penumpang kereta cepat turun di Padalarang dan memutuskan berganti moda menggunakan kendaraan, maka ia harus menempuh jarak 23 kilometer menuju pusat Kota Bandung.

Dengan jarak sejauh itu, waktu tempuh yang diperlukan adalah sekitar 41 menit. Itu pun jika jalanan tidak lancar. Padahal, jalan arteri Padalarang-Bandung terkenal dengan kemacetannya. Dalam kondisi macet, waktu tempuhnya menjadi 1 jam lebih.

Baca juga: Ironi Kereta Cepat: Ngotot Diklaim B to B, Tapi Pakai Duit APBN

Sementara apabila penumpang memutuskan untuk menggunakan kereta pengumpan atau feeder yang disediakan PT KAI, maka waktu yang dibutuhkan adalah sekitar 18-22 menit.

Namun, itu belum menghitung waktu yang diperlukan penumpang kereta cepat untuk berjalan kaki untuk berpindah stasiun. Sebagai informasi, stasiun kereta cepat dan kereta feeder berada di lokasi yang berbeda.

Selain itu, penumpang perlu menghitung waktu yang diperlukan untuk menunggu kedatangan kereta feeder alias headway. Penumpang pun juga harus memperhitungkan waktu boarding sebelum masuk ke KA feeder, 

Menurut keterangan KCIC, pemberangkatan KA Feeder ini adalah setiap 20 menit pada jam sibuk dan 30 menit di luar jam sibuk atau menyesuaikan operasional kereta cepat.

Adapun durasi perjalanan dari Stasiun Padalarang ke Stasiun Bandung adalah 18 menit. Jika berhenti di Stasiun Cimahi maka durasi perjalanan menjadi 22 menit.

Baca juga: Luhut Jawab Tudingan Jebakan Utang China di Proyek Kereta Cepat

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com