Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Inflasi Naik, Daya Beli Petani Turun pada Juli 2022

Kompas.com - 01/08/2022, 17:15 WIB
Yohana Artha Uly,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai tukar petani (NTP) secara nasional pada Juli 2022 turun 1,61 persen dibandingkan Juni 2022. Indeks NTP mengalami penurunan menjadi 104,25 dari bulan sebelumnya yang sebesar 105,96.

NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat kemampuan atau daya beli petani di perdesaan. NTP juga menunjukkan daya tukar (terms of trade) dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi maupun untuk biaya produksi.

Adapun semakin tinggi nilai tukar petani, maka secara relatif semakin kuat pula tingkat kemampuan atau daya beli petani.

Baca juga: Inflasi Juli 2022 Capai 4,94 Persen, Tertinggi sejak Oktober 2015

Kepala BPS Margo Yuwono menjelaskan, penurunan NTP itu dikarenakan turunnya indeks harga hasil produksi pertanian, sedangkan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga petani maupun untuk keperluan produksi pertanian, mengalami kenaikan.

"Penurunan NTP terjadi karena indeks harga yang diterima petani turun 1,04 persen, sementara indeks harga yang dibayar petani naik 0,58 persen pada Juli 2022," ungkapnya dalam konferensi pers, Senin (1/8/2022).

Ia mengatakan, berdasarkan subsektornya, penurunan NTP Juli 2022 dipengaruhi oleh dua subsektor pertanian, yaitu subsektor tanaman pangan sebesar 0,62 persen dan subsektor tanaman perkebunan rakyat sebesar 6,63 persen.

Sebaliknya, tiga subsektor lain mengalami kenaikan nilai tukar petani, yaitu subsektor tanaman hortikultura sebesar 4,91 persen, subsektor peternakan sebesar 0,34 persen, dan subsektor perikanan sebesar 0,18 persen.

Baca juga: Inflasi Juli Sentuh Level Tertinggi 7 Tahun, IHSG Sesi I Masih Parkir di Zona Hijau

Sejalan dari pengaruh subsektor tersebut, Margo menyebutkan, komoditas yang menjadi penyumbang turunnya indeks harga petani yakni penurunan harga kelapa sawit, jagung, karet dan kelapa.

Sementara komoditas penyebab naiknya indeks bayar petani disebabkan oleh kenaikan harga bawang merah, cabai merah, dan cabai rawit.

"Indeks harga bayar betani yang meningkat 0,58 persen itu, karena kenaikan beberapa komoditas di antaranya bawang merah, cabai merah, serta juga kenaikan rokok kretek filter," tutup dia.

Sebagai informasi, indeks harga konsumen (IHK) pada Juli 2022 memang tercatat mengalami inflasi sebesar 0,64 persen secara bulanan (mtm), bahkan secara tahunan sebesar 4,94 persen (yoy).

Komponen harga bergejolak (volatile food)memberikan andil paling besar terhadap inflasi Juli 2022, yakni 0,25 persen. Pada komponen ini, cabai merah, bawang merah, dan cabai rawit menjadi komoditas yang mengalami kenaikan harga paling tinggi.

Sementara komponen harga yang diatur pemerintah (administered price) memberi andil 0,21 persen. Penyumbang inflasi pada komponen ini yakni kenaikan tarif angkutan udara, rokok kretek filter, bahan bakar rumah tangga, dan tarif listrik.

Baca juga: Harga Tiket Pesawat hingga Tarif Listrik Jadi Penyebab Tingginya Inflasi pada Juli 2022

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Sudah Bisa Dibeli, Ini Besaran Kupon Sukuk Tabungan ST012

Whats New
Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Revisi Target Penyaluran Kredit, BTN Antisipasi Era Suku Bunga Tinggi

Whats New
Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Mampukah IHSG Bangkit Hari Ini ? Simak Anlisis dan Rekomendasi Sahamnya

Whats New
Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Kekhawatiran Inflasi Mencuat, Wall Street Berakhir di Zona Merah

Whats New
Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Ada Hujan Lebat, Kecepatan Whoosh Turun hingga 40 Km/Jam, Perjalanan Terlambat

Whats New
BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

BTN Buka Kemungkinan Lebarkan Bisnis ke Timor Leste

Whats New
[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

[POPULER MONEY] Respons Bulog soal Program Makan Siang Gratis Butuh 6,7 Ton Beras Per Tahun | Iuran Pariwisata Bisa Bikin Tiket Pesawat Makin Mahal

Whats New
KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

KCIC Minta Maaf Jadwal Whoosh Terlambat Gara-gara Hujan Lebat

Whats New
Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Cara Pinjam Uang di Rp 5 Juta di Pegadaian, Bunga, dan Syaratnya

Earn Smart
Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Kemenkeu Akui Pelemahan Rupiah dan Kenaikan Imbal Hasil Berdampak ke Beban Utang Pemerintah

Whats New
Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Prudential Laporkan Premi Baru Tumbuh 15 Persen pada 2023

Whats New
Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Bulog Siap Pasok Kebutuhan Pangan di IKN

Whats New
Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Pintu Perkuat Ekosistem Ethereum di Infonesia

Whats New
BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

BTN Syariah Cetak Laba Bersih Rp 164,1 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Pegadaian Bukukan Laba Bersih Rp 1,4 Triliun pada Kuartal I 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com