Di sisi lain, proyeksi pertumbuhan ekonomi di kuartal II-2022, juga didorong oleh seluruh komponen pengeluaran lainnya yaitu investasi dan ekspor juga mencatat pertumbuhan positif pada periode yang sama.
Realisasi investasi pada kuartal II-2022 yang mencapai Rp 302,2 triliun, tercatat menjadi tertinggi dalam satu dekade terakhir, dengan penyumbang utama berasal dari sektor manufaktur. Ini menunjukkan bahwa kepercayaan investor masih sangat tinggi.
Ekspor juga mencatatkan perbaikan signifikan dalam satu tahun terakhir, dengan surplus perdagangan pada kuartal II-2022 mencapai 15,6 miliar dollar AS.
Menurut Teuku, melonjaknya harga komoditas turut membawa momentum bermanfaat bagi ekspor, karena Indonesia merupakan eksportir komoditas energi utama. Surplus perdagangan barang kemudian mendorong surplus transaksi berjalan.
"Surplus perdagangan yang terus berlanjut juga telah meredam dampak pengetatan moneter terhadap arus keluar modal dan depresiasi rupiah karena ekspor yang lebih tinggi daripada impor mengindikasikan likuiditas valuta asing yang lebih besar di pasar," paparnya.
Di sisi lain, kepemilikan asing atas aset keuangan yang menurun telah memberi Indonesia ruang yang cukup untuk menyerap guncangan global dibandingkan dengan negara lain sejauh ini, terutama dalam hal inflasi dan volatilitas mata uang.
Oleh sebab itu, ia menilai, momentum kenaikan harga komoditas membuat kondisi suram yang terjadi pada ekonomi global, saat ini tidak terlihat pada kondisi ekonomi domestik.
"Windfall yang berasal dari lonjakan harga komoditas memungkinkan pemerintah Indonesia untuk memperluas stimulus fiskal untuk menunda kenaikan inflasi sementara tetap membangun momentum pemulihan. Dengan demikian, kegiatan konsumsi dan produksi akan tetap berjalan aman," tutup Teuku.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.