Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Sebut Uang Elektronik Turunkan Penggunaan Uang Logam dan Peredaran Uang Palsu

Kompas.com - 18/08/2022, 22:09 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) melihat masifnya penggunaan uang elektronik di Indonesia beberapa waktu belakangan berdampak pada dua hal, yaitu uang logam dan uang palsu.

Kepala Kepala Departemen Pengelolaan Uang BI Marlison Hakim mengatakan, saat ini jumlah produksi uang logam sudah menurun lantaran kebutuhan masyarakat akan bentuk uang tersebut semakin sedikit.

Hal ini dikarenakan masyarakat kini sudah banyak yang beralih ke uang elektronik atau pembayaran nontunai.

"Karena apa? Untuk uang kecil (uang logam) ini sekarang sudah banyak tergantikan dengan nontunai. Sebagai contoh, dulu pada waktu masih tol itu uang kecil sangat tinggi sekali. Dengan adanya sekarang nontunai, (penggunaan uang logam) sangat menurun sekali untuk uang tunai," ujarnya saat Taklimat Media, Kamis (18/8/2022).

Baca juga: Ini Alasan BI Masih Pertahankan Uang Logam

Kendati demikian, masih ada beberapa kalangan masyarakat yang masih membutuhkan uang logam sebagai alat pembayaran sehari-hari.

Itulah sebabnya BI masih tetap mempertahankan pemberlakukan uang logam meski sudah jarang digunakan di era serba digital saat ini.

"Kebetulan seperti di Yogyakarta itu uang-uang jaga siskamling atau jimpitan itu masih memerlukan uang logam Rp 1.000. Kalau dikasih uang Rp 1.000 kertas kan nanti terbang atau bagaimana," ucapnya.

Selain uang logam, penggunaan uang elektronik juga berhasil menggerus peredaran uang palsu di Indonesia. Dia mengatakan, saat ini peredaran uang palsu terus mengalami penurunan.

Baca juga: Uang Rupiah 2016 Diperkirakan Bakal Hilang dalam 4 Tahun ke Depan

Pada 3 tahun lalu, dalam 1 juta lembar uang asli yang beredar di masyarakat, terdapat 9 lembar uang palsu.

Sementara pada Semester I-2022, rasio uang palsu yang beredar di masyarakat ialah 3 banding 1 juta. Artinya, dari 1 juta lembar uang asli yang beredar, terdapat 3 lembar uang palsu di dalamnya.

"Salah satu sebab kenapa uang palsu itu semakin menurun rasionya, salah satunya akarena meningkatnya uang tunai digital tadi," imbuh Marlison.

Menurutnya, uang elektronik ini lebih sulit dipalsukan ketimbang uang kertas atau logam karena sudah berbasis digital.

Selain itu, BI juga terus melakukan edukasi kepada masyarakat tentang uang palsu dan bagaimana cara membedakan uang palsu.

Baca juga: Peredaran Uang Palsu Turun, tapi Bentuknya Makin Mirip Asli

"(Uang digital) kan susah orang memalsukan. Itu salah satu faktor juga kenapa tingkat pemasok (uang palsu) semakin menurun," kata dia.

Dia menjelaskan meski rasionya turun, tapi uang palsu semakin mirip uang asli karena pembuatannya menggunakan alat-alat yang canggih.

"Jadi rasionya sudah semakin menurun tetapi kami lihat tingkat kualitas pemalsuan uang (semakin tinggi)," ucapnya.

Namun kata dia, masyarakat tidak perlu khawatir karena BI akan terus meningkatkan keamanan dalam uang kertas yang diedarkan ke masyarakat.

Baca juga: 7 Uang Rupiah Baru Diluncurkan, Sri Mulyani: Di Setiap Lembarnya Terdapat Cerita dan Narasi Kebangsaan

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com