Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Minyak Dunia Melonjak Lebih dari 4 Persen, Ini Pendongkraknya

Kompas.com - 30/08/2022, 07:06 WIB
Kiki Safitri,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

Sumber CNBC

NEW YORK, KOMPAS.comHarga minyak mentah dunia melonjak pada perdagangan Senin (29/8/2022) waktu setempat. Beberapa faktor yang mendorong pergerakan harga minyak dunia, seperti potensi pengurangan produksi Organisasi Negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan konflik di Libya.

Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent ditutup naik 4,1 persen, pada level 105,09 dollar AS per barrel. Minyak mentah West Texas Intermediate (WTI) juga naik 4,2 persen, menjadi 97,01 dollar AS per barrel.

Arab Saudi, sebagai produsen utama di OPEC, pekan lalu mengungkapkan adanya potensi pengurangan produksi. Hal ini bisa saja bertepatan dengan peningkatan pasokan dari Iran, jika mencapai kesepakatan nuklir dengan Barat.

Baca juga: Hitungan Pengamat: Harga Keekonomian BBM Subsidi yang Disampaikan Pemerintah Terlalu Tinggi...

Rencananya, OPEC+ atau OPEC bersama dengan Rusia dan produsen sekutu, akan bertemu untuk menetapkan kebijakan produksi minyak mentah pada 5 September 2022 mendatang. Menurut Sugandha Sachdeva, wakil presiden penelitian komoditas di Religare Broking, harga minyak akan melonjak jika pengurangan produksi dilakukan.

"Harga minyak bisa lebih tinggi di tengah harapan pengurangan produksi dari OPEC dan sekutunya untuk memulihkan keseimbangan pasar dalam menanggapi kebangkitan kembali kesepakatan nuklir Iran," kata Sugandha Sachdeva.

Sugandha Sachdeva menambahkan, negara-negara yang menjadi anggota Badan Energi Internasional juga dapat melepaskan lebih banyak minyak dari cadangan minyak strategis (SPR), jika mereka merasa perlu.

Sebagai informasi, harga minyak mentah Brent mendekati rekor tertinggi 147 dollar AS per barrel pada Maret lalu, karena invasi Rusia ke Ukraina yang mendorong kekhawatiran pasokan. Hal lain, yang menjadi sentimen di harga minyak termasuk kekhawatiran kenaikan suku bunga, risiko inflasi, dan resesi.

Namun, kenaikan harga minyak dibatasi oleh penguatan dollar AS terhadap mata uang lainnya. Dollar AS menguat signifikan, dan tertinggi dalam 20 tahun pada awal pekan ini, setelah ketua Federal Reserve mengisyaratkan, pihaknya berkomitmen menekan inflasi dengan menaikkan suku bunga.

"Kenaikan dollar AS menahan harga komoditas secara luas. Di sisi lain, masalah kekurangan pasokan di pasar minyak mungkin akan terus mendorong kenaikan harga,” kata analis CMC Markets Tina Teng.

Sementara itu, kerusuhan di ibukota Libya pada akhir pekan lalu, memicu kekhawatiran bahwa negara itu dapat masuk ke dalam konflik yang lebih besar dan mengganggu pasokan minyak dari negara OPEC.

Departemen Energi AS mencatat, persediaan minyak mentah dalam cadangan darurat AS turun 3,1 juta barel dalam seminggu hingga 26 Agustus ke level terendah sejak Desember 1984.

Baca juga: Berapa Harga Minyak Makan Merah yang Bakal Diedarkan Januari 2023?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com