Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Saham Bank Mandiri Sentuh Level Tertinggi Sepanjang Sejarah, Ini Penyebabnya

Kompas.com - 15/09/2022, 18:35 WIB
Rully R. Ramli,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Nilai saham PT Bank Mandiri (Persero) Tbk di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencetak rekor baru pada sesi perdagangan Kamis (15/9/2022).

Mengacu kepada data RTI, emiten dengan kode saham BMRI itu terus bergerak di zona hijau pada sesi perdagangan hari ini, bahkan sempat menyentuh level tertinggi sepanjang sejarah yakni Rp 9.500 per lembar saham.

Namun, memasuki pukul 14.00 WIB, penguatan tersebut mulai tergerus, hingga pada akhirnya saham BMRI ditutup menguat 0,54 persen ke level Rp 9.350 per lembar saham.

Dengan nilai Rp 9.350 pada penutupan perdagangan hari ini, harga saham BMRI telah naik Rp 2.300 atau 32,62 persen sejak awal tahun ini (year to date/ytd).

Baca juga: 2023 Jadi Tahun Normalisasi, Bank Mandiri Prediksi Pertumbuhan Kredit Bakal Melambat

Analis Binaartha Sekuritas Ivan Rosanova menilai penguatan BMRI pada hari ini tidak terlepas dari belum adanya sentimen negatif yang memicu pelaku pasar melakukan aksi jual secara masif, khususnya pada saham indeks "mover" termasuk perbankan.

"Pasca meredanya tekanan jual di wall street, maka hari ini menjadi momentum IHSG menembus resisten 7.355 secara psikologis meningkatkan optimisme pelaku pasar dengan melakukan aksi beli terhadap saham banking yang semester 1 mencatatkan kinerja cemerlang," ujar dia kepada Kompas.com, Kamis.

Sementara itu, Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana menilai fundamental perekonomian RI yang kuat, tercermin dari data neraca dagang teranyar, turut meningkatkan optimisime investor terhadap prospek kinerja emiten pada penghujung tahun ini.

"Kita memasuki kuartal IV dengan modal yang baik dan pendapatan para emiten diperkirakan terus meningkat," ujar dia.

Baca juga: Hindari Cliff Effect, Bank Mandiri Siap Tak Perpanjang Program Relaksasi Kredit OJK


Selain itu, pertumbuhan ekonomi nasional juga diproyeksi masih tumbuh positif, meskipun dibayang-bayangi potensi lonjakan inflasi akibat kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM).

"Saham keuangan merupakan proxy utama pertumbuhan ekonomi," kata Wawan.

Oleh karenanya Wawan memproyeksi saham sektor keuangan, termasuk BMRI, masih berpotensi menguat ke depannya seiring dengan berlanjutnya pertumbuhan ekonomi nasional.

Namun demikian, Ivan menilai kinerja emiten berpotensi mengalami perlambatan, seiring dengan ketidakpastian global yang berlanjut, sehingga pada akhirnya berpotensi menimbulkan aksi profit taking.

"Yang mengakibatkan tekanan pada pasar saham sehingga sebaiknya investor tetap memperhatikan tren harga sahamnya," ucap Ivan.

Baca juga: Kinerja Positif Berlanjut, Bank Mandiri Bakal Bagikan Dividen Lebih Besar Tahun Depan?

Disclaimer: Artikel ini bukan untuk mengajak membeli atau menjual saham. Segala rekomendasi dan analisa saham berasal dari analis dari sekuritas yang bersangkutan, dan Kompas.com tidak bertanggung jawab atas keuntungan atau kerugian yang timbul. Keputusan investasi ada di tangan Investor. Pelajari dengan teliti sebelum membeli/menjual saham.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Cara Bayar Tagihan FIF di ATM BCA, BRI, BNI, Mandiri, dan BTN

Spend Smart
Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Bank Mandiri Tegaskan Tetap Jadi Pemegang Saham Terbesar BSI

Whats New
Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Cek Jadwal Pembagian Dividen Astra Otoparts

Whats New
Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Syarat Ganti Kartu ATM Mandiri di CS Machine dan Caranya

Whats New
Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi 'Feeder' bagi Malaysia dan Singapura

Status Internasional Bandara Supadio Dihapus, Pengamat: Hanya Jadi "Feeder" bagi Malaysia dan Singapura

Whats New
Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Naik 36 Persen, Laba Bersih Adaro Minerals Capai Rp 1,88 Triliun Sepanjang Kuartal I-2024

Whats New
Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Jokowi Tambah Alokasi Pupuk Subsidi Jadi 9,55 Juta Ton di 2024

Whats New
Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Dampak Erupsi Gunung Ruang, 5 Bandara Masih Ditutup Sementara

Whats New
Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Kadin Gandeng Inggris, Dukung Bisnis Hutan Regeneratif

Whats New
Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada  Kuartal I 2024

Harita Nickel Catat Kenaikan Pendapatan 26 Persen pada Kuartal I 2024

Whats New
Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Bappenas Buka Lowongan Kerja hingga 5 Mei 2024, Simak Persyaratannya

Work Smart
Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Wujudkan Visi Indonesia Emas 2045, Kemenko Perekonomian Berupaya Percepat Keanggotaan RI dalam OECD

Whats New
Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Indonesia dan Arab Saudi Sepakat Menambah Rute Penerbangan Baru

Whats New
BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

BJBR Bukukan Laba Rp 453 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Microsoft Investasi Rp 27,6 Triliun di RI, Luhut: Tidak Akan Menyesal

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com