Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Biaya Kereta Cepat Bengkak, Erick Thohir: Harga Baja Naik Luar Biasa

Kompas.com - 22/10/2022, 15:14 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Biaya pembangunan Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCKB) membengkak dari rencana awal. Saat ini biaya diperkirakan pembangunan tembus 7,9 miliar dollar AS atau Rp 118,5 triliun (asumsi kurs Rp 15 ribu per dollar AS).

Total biaya pembangunan terbaru ini meningkat atau mengalami cost overrun dari yang ditetapkan sebelumnya. Dalam proposal penawaran yang disampaikan pemerintah China pada 2015 lalu, Beijing menawarkan biaya pembangunan proyek yang hanya 5,13 miliar dollar AS.

Tawaran itu lebih murah jika dibandingkan Jepang yang menawarkan 6,2 miliar dollar AS. Bunga utang dari China juga mahal yakni 2 persen per tahun, lebih tinggi dari Jepang yang menawarkan bunga 0,1 persen per tahun.

Menteri BUMN Erick Thohir menyebut, salah satu faktor dominan pembengkakan biaya proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung adalah lonjakan harga besi baja.

Baca juga: Luhut Bilang, Tak Masalah APBN Dipakai untuk Proyek Kereta Cepat

Dia mengasumsikan, apabila tidak dibangun saat ini juga, maka pembangunan kereta cepat akan semakin besar di masa mendatang.

"Cost overrun itu kalau dihitung total masih lebih murah dibangun hari ini. Karena harga baja naiknya luar biasa, dan juga yang lain-lainnya juga naik," kata Erick Thohir dikutip pada Sabtu (22/10/2022).

"Jadi, pembangunan kereta cepat sudah berjalan, dimaksimalkan, toh bagaimana kita bisa menghemat BBM, yang Jakarta Bandung itu berjam-jam sekarang hanya 36 menit," ujar dia lagi.

Meski demikian, Erick Thohir tidak merinci nominal atau pinjaman untuk menutupi nilai pembengkakan biaya proyek PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) .

Baca juga: Beroperasi Juni 2023, Ini Harga Tiket Kereta Cepat Jakarta-Bandung

Mantan Bos Inter Milan itu mengatakan, pemerintah dari China dan Indonesia akan bersama-sama memenuhi cost structure tersebut.

Ingkar janji

Sementara itu, Menko Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan menyebut penggunaan uang negara untuk membiayai proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung bukanlah hal yang perlu dipermasalahkan.

Proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung selama ini dibiayai utang dari China Development Bank (CDB). Namun belakangan, biaya proyek membengkak sangat tinggi sehingga APBN dirasa harus turun tangan.

Jika tak ada suntikan uang pajak rakyat, maka proyek penghubung Halim-Padalarang itu terancam mangkrak lantaran arus kas PT Kereta Cepat Indonesia (KCIC) tak mencukupi.

"Jadi kalaupun APBN nanti mensubsidi ke KAI, saya kira masih masuklah," kata Luhut.

Baca juga: Jonan Dulu Bilang, Jakarta-Bandung Terlalu Pendek untuk Kereta Cepat

Luhut menilai, pada dasarnya APBN masih memiliki kemampuan terlibat dalam pendanaan proyek kereta peluru yang menghubungkan dua kota berjarak 150 kilometer tersebut.

Meski mendapat kucuran APBN, Luhut berkali-kali menegaskan bahwa proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung sejauh ini murni bisnis tanpa campur tangan keuangan negara alias business to business (B to B).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Harga Emas ANTAM: Detail Harga Terbaru Pada Minggu 28 April 2024

Spend Smart
Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Harga Emas Terbaru 28 April 2024 di Pegadaian

Spend Smart
Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Investasi Aman, Apa Perbedaan SBSN dan SUN?

Work Smart
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com