Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Optimistis Indonesia Tidak Akan Resesi, Ini Alasannya

Kompas.com - 01/11/2022, 05:07 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Bank Indonesia (BI) masih melihat adanya harapan bagi perekonomian Indonesia di tengah keadaan dunia yang sedang dihantui ancaman resesi.

Deputi Gubernur BI Dody Budi Waluyo mengatakan, risiko lonjakan inflasi masih akan terus berlanjut. Hal ini direspons BI dan bank sentral negara lain dengan menaikkan suku bunga acuan.

Kemudian, kenaikan suku bunga acuan ini akan berdampak ke sektor-sektor ekonomi karena membuat bunga pinjaman perbankan menjadi lebih mahal. Hal ini menyebabkan pertumbuhan ekonomi dunia jadi melambat.

BI sendiri telah tiga kali menaikkan suku bunga acuan sejak Agustus lalu guna menstabilkan nilai tukar dan menjaga inflasi tetap terkendali. Kebijakan ini pun tentu akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi nasional.

Baca juga: Menginspirasi, 3 Pemuda Lulusan ITB Berhasil Ekspansi Bisnis Ayam Crisbar di Tengah Isu Resesi

Namun, dia memastikan keputusan BI menaikkan suku bunga acuan telah dipikirkan dengan matang sehingga dampaknya ke pertumbuhan ekonomi tidak separah negara lain.

"Tapi semua dilakukan secara terukur. Kita tidak akan menaikkan suku bunga kalau memang itu tidak diperlukan," ujarnya saat acara GNPIP Sulawesi Tengah, Senin (31/10/2022).

Dengan dukungan kebijakan moneter yang terukur ini, dia bilang, ekonomi Indonesia memiliki harapan untuk tetap tumbuh. Bahkan jika dilihat kondisi ekonomi Indonesia saat ini diperkirakan masih akan tumbuh pada kisaran 4-5 persen.

"Jadi dengan itu kita semua punya optimisme ekonomi kita masih akan terus tumbuh di tengah-tengah negara lain. Sekarang ini negara maju banyak yang sudah mengatakan bahwa kita siap masuk resesi," ucapnya.

Kendati demikian, di tenagh kondisi dunia yang sedang tidak baik-baik saja ini, BI justru lebih mengkhawatirkan ekspektasi inflasi ketimbang perlambatan pertumbuhan ekonomi.

Dia menjelaskan, ekspektasi inflasi ini berasal dari inflasi yang bersifat temporer seperti harga bahan pangan yang tinggi atau pasokan bahan pangan berkurang.

Namun bila inflasi temporer ini tidak segera ditangani oleh BI, maka dapat membentuk ekspektasi inflasi yang dapat terjadi dalam jangka panjang.

"Masalah pertumbuhan yang melambat itu adalah prioritas yang kedua karena masalah stabilitas itu tidak ada kata tawar. Tidak ada pertumbuhan yang tinggi kalau itu diikuti dengan harga yang tinggi sehingga mengurangi daya beli. Oleh karena itu mandat BI untuk jaga inflasi ini," jelasnya.

Baca juga: Inflasi Tinggi dan Resesi Global Semakin Nyata

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com