Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Bahlil Curhat Pola Tidur Kurang dan Nasib Jadi Menteri di Era Pandemi

Kompas.com - 14/11/2022, 20:10 WIB
Ade Miranti Karunia,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia saat menyampaikan sambutan dalam agenda peluncuran panduan investasi Bali Kompendium, sempat terhenti sejenak akibat batuk.

Dalam sambutan itu, dirinya mengungkapkan, selama seminggu berada di Bali untuk menyambut pelaksanaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20, waktu tidurnya jadi tidak teratur.

"Bapak/ibu semua, (batuk) mohon maaf, ini sudah enam hari di Bali soalnya, tidurnya jam 2 (dini hari)," katanya kepada tamu yang hadir di acara tersebut, dipantau dari kanal Youtube Kementerian Investasi, Senin (14/11/2022).

Baca juga: Alasan Terbentuknya Bali Kompendium, Bahlil: Tidak Ingin Ada Negara Merasa Berhak Atur Negara Lain

Kemudian, mantan Ketua Umum Hipmi ini pun kembali mencurahkan perasaannya menjadi menteri pada era pandemi Covid-19 serta disibukkan juga jelang pelaksanaan KTT G20, berdampak terhadap pola tidurnya.

"Yah begitulah, nasib jadi menteri di zaman Covid-19 dan G20, tidurnya kurang," ungkap Bahlil sembari meminta minum yang akhirnya diberikan oleh ajudannya ke atas podium.

Setelah merasa nyaman dengan tenggorokannya usai minum, barulah Bahlil melanjutkan sambutannya. Dia pun memaparkan kondisi perekonomian global pada tahun depan.

Baca juga: Bahlil: Hanya Seperlima Aliran Investasi Hijau Mengalir ke Negara Berkembang Termasuk RI

"Kita tahu semua bahwa kondisi global dalam kondisi tidak baik-baik saja. Tadi Sekjen Unctad, Ibu Rebbeca mengatakan, pada tahun 2015, menyusun paduan investasi, menjadi ketimpangan sebesar 2,5 triliun dollar AS," paparnya.

Sampai dengan terakhir sambutannya menutup acara, Bahlil mulai menjelaskan mengenai latar belakang dibuatnya Bali Kompendium. Bahlil menekankan, tidak boleh adanya negara-negara yang merasa lebih berhak dan mengatur negara lainnya. Karena menurutnya tidak relevan dengan perkembangan global saat ini.

"Enggak bisa Indonesia disamakan dengan Amerika atau negara Eropa lainnya. Kita merebut kemerdekaan dengan cara perjuangan. Kita punya adat ketimuran, kita punya budaya yang berbeda dengan mereka. Masa mereka harus samakan itu dengan pola investasi. Saya katakan tidak. Dasar itulah yang melatarbelakangi penyusunan Bali Kompendium," pungkasnya.

Baca juga: Ekonomi RI Terus Tumbuh Positif, Bahlil: Jangan Kita Terbuai dan Euforia

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com