Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024
Wulan Ramadani
Peneliti

Peneliti Keuangan Iklim dan Energi, Aksi Ekologi dan Emansipasi Rakyat (AEER)

Pensiun Dini PLTU Cirebon 1: Momentum Penyelamatan Krisis Iklim

Kompas.com - 17/11/2022, 14:19 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Oleh: Wulan Ramadani dan Ilham Setiawan Noer*

Pertemuan G20 pada 14 November 2022, memberikan ruang kepada Pemerintah Indonesia dengan Asian Development Bank (ADB) untuk mengumumkan pensiun dini pertama Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Cirebon 1 di Jawa Barat.

Pensiun dini PLTU yang dioperasikan PT Cirebon Electric Power (CEP) itu sebagai salah satu upaya Indonesia mengurangi angka ketergantungan terhadap energi batubara.

Didirikan pada 2007 dan mulai beroperasi sejak 2012, CEP ini memiliki kontrak produksi listrik selama 30 tahun. Artinya, PLTU ini akan beroperasi hingga 2042.

PLTU batu bara ini menyalurkan listrik untuk PLN yang menjadi off-taker alias pembeli listrik utama dari CEP.

PLTU Cirebon 1 dengan kapasitas 1x660 MW ini sudah mengaliri listrik lebih dari 600.000 rumah tangga di sekitar Cirebon. Pembangkit listrik ini juga sudah terintegrasi dengan sistem listrik Jawa-Bali.

Berdasarkan pengumuman pensiun dini PLTU Cirebon 1, mekanisme pensiun akan dilaksanakan dengan menghentikan layanannya dalam kurun waktu 10 hingga 15 tahun sebelum akhir masa manfaatnya selama 40 hingga 50 tahun di bawah kontrak nota kesepahaman (MOU), yang disampaikan pejabat ADB.

Hal tersebut menandakan paling cepat PLTU tersebut akan pensiun pada 2032 atau 10 tahun lebih cepat daripada perjanjian jual-beli listrik hingga 2042.

Ditinjau dari segi pendanaan, biaya pensiun dini dari PLTU ini memakan dana hingga 250 juta dollar AS - 300 juta dollar AS atau sekitar Rp 4,65 triliun (asumsi kurs Rp 15.500 per dollar AS).

Selain itu, PLTU akan dipensiunkan dalam waktu 10-15 tahun lagi, yang artinya PLTU ini akan tetap membutuhkan suplai batubara dalam kurun waktu tersebut.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Rekomendasi untuk anda
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+