Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Melie Bangun KaIND, Fesyen Ramah Lingkungan Asal Pasuruhan

Kompas.com - 16/12/2022, 12:02 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Industri fesyen dalam jumlah massal disebut memiliki jejak emisi karbon yang tinggi. Proses produksinya sering dianggap menimbulkan banyak polusi.

Bermula dari temuan tersebut, Melie Indarto memulai bisnis fesyen ramah lingkungan bernama KaIND (Kain Indonesia) sejak 2014.

KaIND sendiri pertama-tama ingin menghadirkan keunikan batik Pasuruhan agar lebih dikenal masyarakat luas.

KaIND membuat produk handmade yang mengeksplorasi dan mengekspresikan simbol-simbol ikonik seperti Gunung Bromo, Pasir Berbisik, Chrysanthemum, Aglaonema, Asoka, dan Sedap Malam ke dalam syal tenun tangan.

Baca juga: Kisah Stephannie Bangun Tisoo, Produk Tisu Bambu dengan Omzet Ratusan Juta Rupiah

Di tengah gempuran industri tekstil yang besar Melie memilih jalan untuk mengembangkan fesyen dalam teknik tenun tangan, batik tulis, dan pewarnaan alami.

"Dalam 10 tahun terakhir, jumlah penenun di tempat kami terus menyusut, sekarang mungkin tinggal 10 persennya saja," ujar dia saat ditemui di Tokopedia Tower, Rabu (15/12/2022).

Dari sana, pihaknya merekrut anak-anak muda di Pasuruhan, Jawa Timur untuk mengikuti pelatihan menenun gratis di KaIND.

"Kami rekrut anak muda, ada yang supir truk, dan pengangguran untuk ikut free training di tempat kami," imbuh dia.

Selain itu, KaIND juga menjalin kerja sama dengan sekitar 200 petani lokal untuk dapat menjadi pembudidaya ulat sutera.

"Lalu kami olah kepompong kosong jadi serat dan dipintal. Ini jadi serat yang organik dan biodegradable," ucap dia.

Produk KaIND sendiri menggunakan 50 persen bahan dasar sutra eri, yang mana bisa ditemukan pada produk kain tenun, selendang tenun, dan sleep eye mask.

Dari segi pewarnaan, Melie memanfaatkan pewarna alami seperti kulit pohon mangga dan daun secang, juga pewarna alami lainnya.

"Karena curah hujan di Pasuruhan terbilang tinggi, kami juga menggunakan air tadah hujan dalam produksi kami," terang dia.

Sejak awal, Melie memang tidak mengikuti tren seperti lazimnya industri fesyen. Ia fokus untuk menghadirkan slow fesyen yang ramah lingkungan kepada masyarakat.

Ia punya mimpi, masyarakat mulai dapat menggunakan produk ramah lingkungan dalam kegiatan sehari-hari.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com