Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

BI Sebut Kebijakan Moneter Pro Stabilitas dan Pertumbuhan Ekonomi

Kompas.com - 30/01/2023, 18:59 WIB
Isna Rifka Sri Rahayu,
Yoga Sukmana

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Arah kebijakan Bank Indonesia (BI) tahun ini tidak banyak berubah dari tahun 2022 meskipun gejolak global masih akan terjadi pada 2023.

Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, BI tetap akan mengarahkan kebijakan moneter BI untuk menjaga stabilitas atau pro-stability dan kebijakan makroprudensial, sistem pembayaran, pendalaman pasar keuangan, dan ekonomi keuangan inklusif dan hijau untuk pertumbuhan ekonomi atau pro-growth.

Dengan bauran kebijakan ini, dia memastikan likuiditas pasar keuangan Indonesia akan berlebih sehingga akan memadai untuk menghadapi gejolak global yang masih akan terjadi dan tren suku bunga tinggi.

Baca juga: BI Terbitkan Proof of Concept Rupiah Digital Mulai Juli 2023

"Memang beberapa ekonom 'kan subung (suku bunga) naik, likuiditasnya mesti ketat' itu kalau kaidah teori yang memang moneternya hanya begitu. Tapi sekarang kan kami punya bauran kebijakan moneternya pro-stability dan makro prudensialnya pro-growth, likuiditasnya kami jamin lebih," ujarnya saat acara peluncuran Laporan Transparansi dan Akuntabilitas Bank Indonesia (LTABI) 2022, Senin (30/1/2023).

Selain bauran kebijakan itu, BI juga memberikan kebijakan insentif uang muka atau down payment 0 persen untuk mendorong pertumbuhan kredit properti dan otomotif.

Oleh karena itu, BI menargetkan pertumbuhan kredit di 2023 akan mencapai 10-12 persen.

"Bahkan bisa lebih. Sejumlah bank kami lihat punya potensi (pertumbuhan kredit) lebih dari 12 persen sepanjang prudent dan tentu saja insentif terus kami lakukan," ucapnya.

Baca juga: Gubernur BI: 2023, Rupiah Akan Menguat


Tidak hanya itu, sinergi dan inovasi juga menjadi kunci ketahanan ekonomi Indonesia dalam menghadapi rentetan gejolak global dan menjadi elemen strategis dalam mempercepat kebangkitan ekonomi.

Pandangan BI soal prospek perekonomian ke depan

Dalam kesempatan itu, Perry juga membeberkan pandangan prospek perekonomian ke depan.

Pertama, BI optimistis stabilitas perekonomian tetap terjaga dan proses pemulihan ekonomi juga akan tetap berlanjut di tahun ini.

Kendati demikian, BI juga tetap mewaspadai dampak gejolak perekonomian global terhadap kinerja perekonomian nasional.

Baca juga: Harga Cabai Tinggi, BI Perkirakan Inflasi Januari 2022 Capai 0,39 Persen

"Perkiraan kami di tahun 2022-2023 dan bahkan 2024, mari kita bersyukur, mari kita optimis dan tetap waspada," kata Perry.

Kedua, dia menekankan pentingnya konsistensi, inovasi, dan sinergi (KIS) dalam menjaga stabilitas perekonomian di tengah tantangan yang makin mengemuka.

Ketiga, dia juga mengimbau adanya transparansi dan akuntabilitas untuk dikomunikasikan dengan baik untuk mendukung efektivitas kebijakan melalui pembentukan rational expectation.

Baca juga: Menunggu Kiprah BI dengan Tambahan Mandat Baru

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Terkini Lainnya

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Kemenkop-UKM Tegaskan Tidak Melarang Warung Madura Beroperasi 24 Jam

Whats New
BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

BTN Buka Lowongan Kerja untuk Lulusan D3 dan S1, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Ada Gempa Garut, Kereta Cepat Whoosh Tetap Beroperasi Normal

Whats New
Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Akhirnya, Bea Cukai Bebaskan Bea Masuk Alat Belajar SLB yang Tertahan Sejak 2022

Whats New
Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Sri Mulyani Minta Ditjen Bea Cukai Perbaiki Layanan Usai 3 Keluhan Terkait Pelayanan Viral di Medsos

Whats New
Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Menuju Indonesia Emas 2045, Pelaku Usaha Butuh Solusi Manajemen SDM yang Terdigitalisasi

Whats New
Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Jadi Sorotan, Ini 3 Keluhan Warganet soal Bea Cukai yang Viral Pekan Ini

Whats New
Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Perhitungan Lengkap Versi Bea Cukai soal Tagihan Rp 31 Juta ke Pembeli Sepatu Seharga Rp 10 Juta

Whats New
Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Berapa Gaji dan Tunjangan Pegawai Bea Cukai Kemenkeu?

Work Smart
Dukung 'Green Building', Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Dukung "Green Building", Mitsubishi Electric Komitmen Tingkatkan TKDN Produknya

Whats New
Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Kemenhub Cabut Status 17 Bandara Internasional, Ini Alasannya

Whats New
Kinerja Pegawai Bea Cukai 'Dirujak' Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Kinerja Pegawai Bea Cukai "Dirujak" Netizen, Ini Respon Sri Mulyani

Whats New
Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Pembatasan Impor Barang Elektronik Dinilai Bisa Dorong Pemasok Buka Pabrik di RI

Whats New
Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Sukuk Wakaf Ritel adalah Apa? Ini Pengertian dan Karakteristiknya

Work Smart
Viral Mainan 'Influencer' Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Viral Mainan "Influencer" Tertahan di Bea Cukai, Ini Penjelasan Sri Mulyani

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com