Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Munir Sara
Tenaga Ahli Anggota DPR RI

Menyelesaiakan Pendidikan S2 dengan konsentrasi kebijakan publik dan saat ini bekerja sebagai tenaga Ahli Anggota DPR RI Komisi XI

Efek Perlambatan Ekonomi Global Mulai Terasa

Kompas.com - 21/02/2023, 13:14 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Windfall ekspor komoditas yang mulai terkoreksi di awal 2023 adalah indikasi bahwa dampak dari perlambatan ekonomi global mulai terasa. Padahal, sejak 2021-2022, windfall ekspor komoditas menjadi pahlawan dalam menopang penerimaan negara.

Kedua, dari sisi makro ekonomi pun memberikan indikasi pelemahan. Pada kurs misalnya, depresiasi rupiah terus membayangi. Sepanjang Februari 2023, depresiasi rupiah bergerak di rata-rata Rp 15.125,90/dolar.

Beratnya rupiah kembali di bawah Rp 15.000/ dolar menggambarkan lemahnya fundamental mata uang rupiah. Kendati BI telah menggelontorkan Rp 494,520 miliar untuk operasi pasar terbuka (OPT) dalam menstabilkan nilai tukar, namun belum mengerek rupiah sejalan dengan nilai tukar fundamental.

Dalam asumsi makro APBN 2023, kurs rupiah ditetapkan Rp 14.800/dolar. Dengan posisi kurs saat ini, meskipun masih awal tahun, namun menggambarkan kurs berada dalam tekanan kondisi domestik dan global.

Inflasi yang masih di atas sasaran 3 persen ±1 persen  (inflasi saat ini 5,28 persen yoy), koreksi terhadap kinerja ekspor di awal tahun serta kemungkinan defisit transaksi berjalan serta suku bunga global kembali ketat dalam mencapai sasaran inflasi negara-negara maju,, adalah sentimen negatif yang akan turut menggerus nilai tukar rupiah.

Inflasi AS yang naik 0,5 persen (mtm) dan secara tahunan di posisi 6,4 persen (yoy) atau di atas konsensus yang memperkirakan inflasi AS turun di posisi 6,2 persen (yoy). Di saat yang sama, total nonfarm payroll employment di posisi 517,000 pada Januari 2023, pengangguran yang masih rendah; 3,4 persen, memungkinkan gestur The Fed kembali hawkish dan kemungkinan akan mengerek suku bunga.

Di saat yang sama, indeks harga produsen AS pun naik 6,0 persen (yoy). Data ekonomi AS ini menambah ekspektasi pasar terhadap kenaikan suku bunga The Fed. Hal ini berdampak pada psikologi pasar yang menyebabkan mata uang greenback kian terapresiasi.

Tentu apresiasi dollar akan semakin menekan mata uang di negara berkembang seperti Indonesia.

Di saat yang sama, di sektor pasar modal, indeks komposit masih terjebak dalam pasar yang volatile. IHSG masih berjuang untuk menyentuh level 7000. Gagal bayar emiten BUMN Waskita Karya, turut memperburuk persepsi terhadap surat utang korporasi.

Awal tahun yang merupakan starting point untuk ekspansi bagi korporasi, justru terhambat oleh katalis negatif gagal bayar utang yang memperburuk bargaining surat utang korporasi di pasar modal.

Selalu Ada Exit Strategy

Pemerintah memiliki preseden dalam memitigasi risiko global sepanjang tahun 2020-2022. Soft landing mengakhiri masa turbulensi krisis kesehatan (pandemi Covid-19) dan krisis ekonomi, adalah preseden baik dimaksud. Setidaknya, Indonesia mampu keluar dari labirin gelap pandemi Covid-19, membawa ekonomi berhasil tumbuh melampaui pra Covid-19.

Di tengah tekanan terhadap pasar ekspor dengan negara mitra dagang, beberapa negara dan kawasan Eropa, tercatat memiliki permintaan terhadap produk Indonesia yang ciamik. Ekspor Indonesia ke Swiss tercatat sebesar 144,3 juta dolar, Italia 69,6 juta dolar, Norwegia 68,1 juta dolar, dan Jerman 57,3 juta dolar.

Data-data itu membuka ruang bagi pemerintah untuk mendiversifikasi pangsa pasar ekspor. Produk-produk industri kerajinan tangan, lemak nabati serta produk industri kreatif Indonesia bisa masuk ke kawasan benua biru, bila hubungan diplomatik perdagangan dibuka. Selama ini, pangsa pasar ekspor non-migas Indonesia 60 persen tersegmentasi di Asia.

Dengan kondisi saat ini, pemerintah memiliki ruang untuk mendiversifikasi pangsa pasar ekspor ke luar Asia sehingga bisa berkelit dari dampak global demand shortage.

Akselerasi terhadap program hilirisasi perlu dilakukan dan tak sebatas slogan. Terutama memangkas berbagai hambatan investasi yang mengganggu percepatan program hilirisasi. Hal ini sekaligus mendiversifikasi produk ekspor dari komoditas mentah dan manufaktur ke ekspor barang jadi dengan nilai tambah ekonomi yang lebih baik.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Melalui Aplikasi Livin' Merchant, Bank Mandiri Perluas Jangkauan Nasabah UMKM

Whats New
Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Hari Tuna Sedunia, KKP Perluas Jangkauan Pasar Tuna Indonesia

Whats New
Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Terima Peta Jalan Aksesi Keanggotaan OECD, Indonesia Siap Tingkatkan Kolaborasi dan Partisipasi Aktif dalam Tatanan Dunia

Whats New
Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Pasarkan Produk Pangan dan Furnitur, Kemenperin Gandeng Pengusaha Ritel

Whats New
Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

Punya Manfaat Ganda, Ini Cara Unit Link Menunjang Masa Depan Gen Z

BrandzView
Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Asosiasi Dukung Pemerintah Cegah Penyalahgunaan Narkoba pada Rokok Elektrik

Whats New
Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Impor Bahan Baku Pelumas Tak Lagi Butuh Pertek dari Kemenperin

Whats New
Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Cara Isi Token Listrik secara Online via PLN Mobile

Work Smart
Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Pencabutan Status 17 Bandara Internasional Tak Berdampak ke Industri Penerbangan

Whats New
Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Emiten Sawit Milik TP Rachmat (TAPG) Bakal Tebar Dividen Rp 1,8 Triliun

Whats New
Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Adu Kinerja Keuangan Bank BUMN per Kuartal I 2024

Whats New
Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Setelah Investasi di Indonesia, Microsoft Umumkan Bakal Buka Pusat Data Baru di Thailand

Whats New
Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Emiten Persewaan Forklift SMIL Raup Penjualan Rp 97,5 Miliar pada Kuartal I 2024

Whats New
BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

BNI Danai Akusisi PLTB Sidrap Senilai Rp 1,76 Triliun

Whats New
Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Soroti Kinerja Sektor Furnitur, Menperin: Masih di Bawah Target

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com