NEW YORK, KOMPAS.com - Harga minyak mentah dunia naik sekitar 2 persen pada akhir perdagangan Rabu (12/4/2023) waktu setempat atau Kamis pagi WIB, melanjutkan penguatan perdagangan kemarin yang juga naik 2 persen.
Harga minyak dunia naik didukung pendinginan data inflasi Amerika Serikat (AS) sehingga mendorong harapan bahwa bank sentral AS, Federal Reserve (The Fed) semakin dekat untuk mengakhiri siklus kenaikan suku bunga.
Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent naik 2,01 persen atau 1,72 dollar AS menjadi sebesar 87,33 dollar AS per barrel. Sementara harga minyak mentah Intermediate West Texas Intermediate (WTI) AS naik 2,1 persen atau 1,73 dollar AS menjadi sebesar 83,26 dollar AS per barrel.
Baca juga: Harga Emas Dunia Naik Usai Rilis Data Inflasi AS
Indeks Harga Konsumen (IHK) AS naik 0,1 persen pada Maret 2023, di bawah perkiraan pasar. Sementara tingkat inflasi tahunan melambat menjadi 5 persen dari 6 persen, level terendah sejak Mei 2021.
Tidak termasuk makanan dan energi, IHK inti AS tercatat meningkat 0,4 persen dan 5,6 persen, yang keduanya sesuai dengan perkiraan.
Analis Pasar di Broker StoneX, Fawad Razaqzada mengatakan, kenaikan inflasi AS yang lebih lemah dari perkiraan pasar menimbulkan keraguan apakah The Fed akan menaikkan suku bunganya di Mei mendatang.
“Menurunnya ekspektasi suku bunga, mengurangi kekhawatiran resesi dan membantu mendukung harga aset berdenominasi dollar AS pada saat yang sama," kata dia.
Baca juga: Merespon Data Inflasi dan Risalah The Fed, Wall Street Berakhir Merah
Data IHK tersebut membuat obligasi pemerintah, saham global, dan emas menguat, sementara dollar AS jsutru turun tajam. Pelemahan dollar AS membuat harga minyak menjadi lebih murah bagi pembeli yang memegang mata uang lainnya.
Kondisi laju inflasi AS dan proyeksi kebijakan suku bunga The Fed tersebut, membuat pasar mengabaikan sentimen terjadinya peningkatan kecil dalam stok minyak mentah AS.
Persediaan minyak mentah AS naik 597.000 barrel pada minggu lalu menjadi 470,5 juta barrel, berbanding terbaik dengan ekspektasi analis bahwa akan terjadi penurunan stok 600.000 barrel.
Baca juga: The Fed: Krisis Sektor Perbankan Berpotensi Picu Resesi di Pengujung Tahun
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.