JAKARTA, KOMPAS.com - Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) memperkirakan tren harga minyak mentah akan tetap tinggi ke depannya. Hal ini mengingat ada banyak variabel yang bisa mempengaruhi harga minyak dunia.
Kepala SKK Migas Dwi Soetjipto mengatakan, konflik geopolitik, stok minyak mentah di pasar global, dan krisis di sektor perbankan sangat mempengaruhi pergerakan harga minyak mentah dunia.
"Jadi kalau larinya (dampak) ke Indonesia adalah relatif harga (minyak mentah) masih akan tinggi," ujarnya dalam konferensi pers Kinerja Hulu Migas Kuartal, Senin (17/4/2023).
Baca juga: Kebutuhan Energi Terus Bertambah, Revisi RUU Migas Perlu Segera Diselesaikan
Ia menjelaskan, saat ini geopolitik Rusia dan Ukraina masih memanas dan belum dapat diproyeksi kapan akan berakhir. Konflik ini mengerek harga minyak mentah, sebab sanksi terhadap minyak Rusia membuat cadangan minyak dunia menjadi berkurang.
Di sisi lain, ada pula potensi konflik-konflik geopolitik di berbagai belahan dunia lainnya sehingga akan sangat mempengaruhi pergerakan harga minyak.
"Ini bisa saja kemudian membuat dinamika di minyak dan gas yang sangat-sangat tinggi, karena itu memang susah di tebak. Suatu saat harga naik, suatu saat harga turun," ungkap Dwi.
Baca juga: Eksplorasi Migas, Kunci Ketahanan Energi RI Masa Depan
Lebih lanjut, dia menuturkan, harga minyak dunia sempat turun ke level 70-an dollar AS per barrel di awal tahun ini ketika Amerika Serikat (AS) memutuskan melepas sebagian cadangan minyak strategisnya ke pasar. Kebijakan yang membuat stok minyak global meningkat.
Namun, kondisi itu berbalik ketika baru-baru ini Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, atau OPEC+ memutuskan memangkas produksinya mulai Mei 2023 mendatang.
Keputusan OPEC+ itu akan membuat pasokan minyak di pasar global berkurang dan mengerek harga minyak dunia. Akibatnya, kini harga minyak dunia bergerak di kisaran 84-85 dollar AS per barrel.
"Mungkin dalam beberapa tahun ke depan angka 80-an dollar AS ini masih akan menjadi referensi untuk kita melihat harga minyak ke depan," jelasnya.
Baca juga: Cadangan Minyak RI Disebut Tinggal 10 Tahun Lagi, SKK Migas: Kami Terus Melakukan Eksplorasi
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.