NEW YORK, KOMPAS.com - Harga minyak mentah dunia naik sekitar 1 persen pada akhir perdagangan Senin (24/4/2023) waktu setempat atau Selasa pagi WIB.
Kenaikan dipicu prospek perbaikan permintaan minyak karena China memasuki musim liburan yang mana diprediksi akan banyak perjalanan menggunakan bahan bakar.
Mengutip CNBC, harga minyak mentah Brent naik 1,3 persen atau 1,07 dollar AS menjadi sebesar 82,73 dollar AS per barrel. Begitu pula minyak mentah Intermediate West Texas Intermediate (WTI) AS naik 1,1 persen atau 89 sen AS menjadi sebesar 78,76 dollar AS per barrel.
Penguatan kedua acuan harga minyak itu membalikkan kerugian pada pekan lalu yang turun lebih dari 5 persen dipicu kondisi permintaan bensin AS yang tersirat turun dari tahun sebelumnya.
Baca juga: Inflasi Tinggi Jadi Penyebab Harga Minyak Mentah Dunia Turun 3 Persen
Meski begitu, kondisi China, importir minyak mentah terbesar di dunia, yang kini memasuki masa liburan membuat investor optimistis bahwa permintaan terhadap bahan bakar akan mengalami perbaikan.
Hal itu setidaknya tercermin dari meningkatnya pemesanan di China untuk perjalanan ke luar negeri selama liburan May Day, meski memang belum mencapai level sebelum masa Covid-19.
"Ada banyak optimisme seputar hari libur China terkait dengan permintaan bahan bakar jet," ujar Bob Yawger, Direktur Energi berjangka di Mizuho.
Baca juga: Dalam Sepekan, Harga Minyak Dunia Merosot 5 Persen
Di sisi lain, kebijakan Organisasi Negara Pengekspor Minyak dan sekutu yang dipimpin oleh Rusia, atau OPEC+ yang akan memangkas produksi minyak mulai Mei 2023 juga diperkirakan memberi pengaruh pada kenaikan harga.
OPEC+ memutuskan mengurangi produksinya sebanyak 1,16 juta barel per hari (bpd) mulai bulan depan. Keputusan itu membuat total volume pemotongan produksi oleh OPEC+ menjadi sebanyak 3,66 juta barrel per hari, setara dengan 3,7 persen dari permintaan global.
"Pemotongan produksi yang direncanakan oleh OPEC+ dan prospek permintaan yang kuat dari China dapat memberi dorongan pada harga dalam beberapa hari mendatang," kata Analis Minyak Independen, Sugandha Sachdeva.
Sementara itu, harga minyak dunia ke depannya juga diperkirakan bakal dipengaruhi kondisi di Irak yang mulai menunjukkan tanda-tanda akan kembali dilakukannya ekspor minyak dari wilayah Kurdistan Irak, setelah sempat terganggu selama sebulan terakhir.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.