JAKARTA, KOMPAS.com - Holding BUMN asuransi, penjaminan dan investasi Indonesia Financial Group (IFG) mengatakan, industri dana pensiun di Indonesia memiliki potensi yang masih sangat besar.
Direktur Utama Indonesia Financial Group (IFG) Hexana Tri Sasongko mengatakan, akumulasi iuran dana pensiun di Indonesia masih relatif kecil. Hal tersebut membuat banyak orang Indonesia tidak siap pensiun.
"Di negara maju ketika usia pensiun dinaikkan, orang pada demo. Kenapa? yang satu siap yang satu tidak siap pensiun," ujar Hexana dalam Konferensi Pers IFG National Conference 2023, Selasa (16/5/2023).
Baca juga: Erick Thohir Ungkap Korupsi di Dana Pensiun Pelindo Terjadi Berulang Kali sejak 2005
Pada dasarnya, ia menjelaskan, pensiun adalah tentang menjaga kualitas hidup ketika memasuki usia kurang produktif.
Saat ini, dana pensiun tidak hanya dibebankan kepada pemberi kerja. Pasalnya, pekerja juga dapat menyiapkan dana pensiunnya sendiri melalui Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK).
Lebih lanjut, Hexana mengutip ucapan Presiden Joko Widodo (Jokowi) yang menyebut bonus demografi Indonesia tinggal tersisa sekitar 13 tahun.
Baca juga: Erick Thohir Sebut 31 Dana Pensiun BUMN dalam Kondisi Prihatin
Ketika, bonus demografi habis, populasi Indonesia akan dipenuhi oleh orang yang memiliki usia tua atau tidak produktif kembali. Kelompok tersebut akan menjadi tanggungan kelompok usia produktif.
"Banyak negara menghadapi penduduknya tua-tua. Sudah tidak produktif lagi, ditanggung oleh yang produktif. Jadi sangat berat kalau yang tidak produktif tidak menyiapkan sedari dini," ujar Hexana.
Sebagai perbandingan, di negara maju, ketika masyarakat menyentuh usia 21 tahun dan bekerja, salah satu pengeluarannya adalah pembelian DPLK.
Sementara, Head of IFG Progress Reza Yamora Siregar mengatakan, saat ini sebanyak 50 persen tenaga kerja di Indonesia masih berasal dari sektor informal.
Sementara, dari total pekerja sektor formal, hanya sekitar 25 persen yang memiliki akses ke dana pensiun.
Ia menerangkan, kontribusi dana pensiun ke produk domestik bruto (PDB) baru mencapai 2-5 persen. Hal ini masih terbilang rendah ketika dibandingkan dengan rata-rata kontribusi dana pensiun ke PDB di negara-negara Asia.
"Kalau pakai standar Asia dengan rata-tara yang ikut dana pensiun dan kontribusinya, seharusnya kita bisa mencapai 17 persen dari PDB," tandas dia.
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanPeriksa kembali dan lengkapi data dirimu.
Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.