Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Hasanuddin Wahid
Sekjen PKB

Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Anggota Komisi X DPR-RI.

Refleksi Harkitnas: Bangkit dan Berdikari secara Ekonomi

Kompas.com - 23/05/2023, 15:11 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Dilihat dari sudut pandang politik pemerintahan dan sosial-budaya, semangat tersebut diperlukan.

Masalah rumit yang mengganggu kegiatan investasi dan bisnis di Indonesia adalah ketidakkonsistenan pemerintah dalam menghargai kontrak karena kebijakan yang berubah-ubah.

Juga masalah pembebasan lahan yang sulit dan lama, dan isu sosial di masyarakat karena sebagian warga belum menghargai kebhinekaan.

Bercermin dari Perkumpulan Boedi Oetomo

Berkenaan dengan peringatan Harkitnas ke-115 dan upaya untuk menjadi negara yang kuat dan mandiri secara ekonomi, kita memang perlu bercermin pada Perkumpulan Boedi Oetomo.

Sedikit melihat ke belakang, memasuki abad ke-20, berbagai aktivitas yang memungkinkan kemajuan dalam bidang pendidikan bagi kaum pribumi Hindia Belanda terhambat masalah kekurangan dana belajar.

Hal itu disebabkan karena adanya perubahan praktik-praktik eksploitasi yang dilaksanakan oleh Pemerintah Belanda terhadap kaum pribumi.

Menyikapi keadaan tersebut, Dr. Wahidin Soediro Husodo menggagaskan upaya untuk menggalang dana belajar dengan mengadakan propaganda keliling Jawa yang dilakukan pada 1906-1907.

Gagasan tersebut disambut positif oleh para siswa STOVIA [School Tot Opleiding Van Indlanche Artsen] di Batavia (Jakarta).

Sebagai tindak lanjut, mereka mendirikan perkumpulan dengan karakter yang modern.
Sejarawan S.Z Haisutjipto (1996:45) mengungkapkan bahwa nama ‘Boedi Oetomo’ merupakan usulan dari seorang siswa STOVIA yang bernama M. Soeradji.

Usulan tersebut kemudian disepakati sebagai nama perkumpulan yang didirikan pada 20 Mei 1908 tersebut. Adapun nama tersebut mengandung arti ‘suatu pekerjaan yang mulia’.

Pada 1948, Presiden Soekarno menetapkan tanggal berdirinya Boedi Oetomo sebagai Hari Kebangkitan Nasional (Harkitnas).

Sejarawan Hilmar Farid seperti dilansir Kemdikbud mencatat alasan Soekarno menetapkan hal tersebut.

Di mata Soekarno, meski awalnya Boedi Oetomo masih bersifat kedaerahan karena anggotanya berasal dari suku Jawa, tetapi yang membedakan dengan perkumpulan lainnya saat itu adalah unsur modernitasnya, karena ada mekanisme pemilihan ketua.

Selain itu, Boedi Oetomo memiliki tujuan mulia, yaitu memperjuangkan kehidupan sebagai bangsa yang terhormat melalui pergerakan di bidang pendidikan dan kebudayaan.

Tak dapat dipungkiri semangat dan pemikiran para anggota Boedi Oetomo telah menginspirasi anak-anak bangsa Indonesia sejak zaman perjuangan kemerdekaan hingga sekarang ini.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com