Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mahendra K Datu
Pekerja corporate research

Pekerja corporate research. Aktivitas penelitiannya mencakup Asia Tenggara. Sejak kembali ke tanah air pada 2003 setelah 10 tahun meninggalkan Indonesia, Mahendra mulai menekuni training korporat untuk bidang Sales, Marketing, Communication, Strategic Management, Competititve Inteligent, dan Negotiation, serta Personal Development.

Tantangan Melembagakan Kreativitas dan Inovasi

Kompas.com - 13/06/2023, 13:49 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

MIT, CalTech dan Georgia Tech adalah tiga contoh dari beberapa institusi akademik swasta yang beberapa kali memenangkan kontrak riset hankam Amerika.

Perusahaan-perusahaan seperti Lockheed Martin, Northrop Grumman, Boeing, Raytheon dll lebih sering lagi memenangkan tak hanya R&D-nya, namun sampai pada produksi hasil R&D mereka.

Bahkan peneliti perseorangan seperti Alexander Shcolnik dan ayahnya pernah memenangkan kontrak DARPA jutaan dollar AS untuk suatu produk engineering di Kemenhan.

Inovasi tidak semata lahir dari kebijakan, atau pendanaan, atau ambisi orang perseorangan dan korporasi, namun gabungan dari kesemuanya itu yang akhirnya membentuk kultur inovasi.

Dalam skala mikro – di perusahaan-perusahaan – inovasi internal yang berharga tak mungkin lahir dari beberapa staf yang dikirim training ke Silicon Valley lalu kembali dan membawa pulang hanya pengetahuan saja.

Kedatangan mereka kembali ke perusahaan di tanah air harus ditindak-lanjuti dengan dibentuknya wadah dan lingkungan yang sesuai bagi mereka untuk ‘mulai baru’ (start afresh).

Mereka harus ‘tetap tergila-gila’ seperti saat mereka – katakanlah – masih berada di Silicon Valley, atau studi di pusat-pusat teknologi dunia lainnya. Bisakah pemangku kepentingan inovasi dan penelitian menjaga ‘kegilaan’ itu?

Jangan senang dulu kalau jumlah paten naik

Nah, ini juga kelemahan kita semua. Jumlah paten baru yang didaftarkan oleh satu negara dalam periode satu tahun memang dapat merefleksikan bagaimana riset dan inovasi menjadi prioritas suatu negara.

Namun paten di dalam dirinya sendiri adalah netral, ia adalah satu nomor terdaftar yang menyatakan bahwa sebuah temuan saintifik dan engineering baru (termasuk desain dan cara kerja baru) telah terjadi dan dilahirkan oleh seseorang atau sebuah institusi, yang lalu dicatat oleh lembaga yang berwewenang. Itu saja.

Paten tidak selalu mencerminkan secara linear apakah sebuah budaya inovatif telah terbentuk. Ini sama dengan mahasiswa S1 yang wajib menulis thesis atau skripsi, meski dengan tuntutan novelty – kebaruan gagasan atau temuan – tidak serta merta menjadikan karya tulisnya sebagai ‘sebuah kontribusi dengan terobosan besar yang aplikatif’.

Nyatanya banyak sekali skripsi yang berakhir di perpustakaan tanpa ada kajian lanjutan dengan tujuan terapan.

Masalah dana? Belum tentu. Masalah kemauan? Rasa-rasanya begitu. Kulturnya belum terbentuk untuk tergila-gila mewujudkan gagasan ke dalam terapannya.

Tulisan ini terlalu pendek untuk merangkum semua kepedulian dan keresahan tentang Budaya upaya inovasi di negeri ini.

Namun melalui tulisan ini, penulis yang sehari-hari berkutat dengan daya upaya inovasi di corporate ingin mengajak semua stakeholder – swasta dan pemerintah, akademik dan industri - untuk lebih fokus pada daya upaya melahirkan kultur inovasi yang lebih masif secara lebih baik, sistematis, dan terstruktur.

China dan Vietnam bisa jadi benchmark-nya. Korea saya kira sangat baik untuk jadi referensi juga. Baru kita bertanya kembali, ‘Quid Fecimus’, …what have we done?

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:

Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya

A member of
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com