Bunga acuan BI akan tinggi yang berujung pada tingkat suku bunga perbankan yang ikut meninggi. Tingginya tingkat suku bunga akan kembali mengerek risiko ke level yang lebih tinggi.
Bila kondisi ini yang terjadi, maka jangan harap ada efisiensi dalam sistem perekonomian secara keseluruhan.
Tidak sampai di situ, tingkat risiko akan kembali meningkat pascalompatan besar dalam digitalisasi sistem perekonomian, keuangan, moneter, dan sistem pembayaran.
Digitalisasi tersebut telah memunculkan risiko baru yang tidak kalah besar. Kasus pembobolan sistem teknologi informasi Bank Syariah Indonesia (BSI) menjadi bukti nyata dari meningkatnya risiko teknologi pascadigitalisasi sistem ekonomi, keuangan, moneter, dan sistem pembayaran.
Di tengah kondisi ekonomi yang masih diselimuti ketidakpastian dan tingkat risiko yang semakin tinggi, sikap overoptimistic dan overcofidence sangatlah berbahaya terutama untuk para pengambil kebijakan publik seperti Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas) dan Kementerian Keuangan.
Sikap optimistis dalam memandang masa depan merupakan hal yang wajib dilakukan. Namun, tetap berpijak pada bumi di mana kita berdiri menjadi hal yang tidak boleh dilupakan.
Di tengah risiko yang semakin meningkat, pemerintah harus tetap berhati-hati dan tidak terjebak pada sikap overoptimistic dan overcofidence.
Kebijakan yang dibuat berdasarkan pada kondisi yang overoptimistic dan atau overconfidence akan jauh dari realitas yang ada.
Hasil yang akan diperoleh nanti akan jauh dari apa yang diharapkan. Hal ini akan berdampak pada kepercayaan publik terhadap pemerintah.
Kepercayaan publik kepada pemerintah akan cenderung terus menurun dan dalam waktu bersamaan publik akan menilai pemerintah tidak memiliki kompetensi dalam mengatur negara.
Jika hal ini terjadi, maka seluruh kebijakan yang dibuat pemerintah tidak akan efektif dan akan semakin sulit bagi pemerintah untuk menetapkan program-program pembangunan berikutnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.Artikel ini merupakan bagian dari Lestari KG Media, sebuah inisiatif untuk akselerasi Tujuan Pembangunan Berkelanjutan. Selengkapnya