Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tepatkah Harga Pertalite Baru Diturunkan jika Minyak Mentah 60-65 Dollar AS Per Barrel?

Kompas.com - 16/06/2023, 16:10 WIB
Rully R. Ramli,
Akhdi Martin Pratama

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah melalui Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) membuka kemungkinan penyesuaian harga bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite. Namun, hal ini baru akan dilakukan jika harga minyak mentah menyentuh level 60-65 dollar AS per barrel.

Direktur Eksekutif ReforMiner Komaidi Notonegoro menjelaskan, penyesuaian BBM bersubsidi dapat dilakukan dengan memperhitungkan dua faktor utama, yakni kurs rupiah terhadap dollar AS dan harga acuan minyak mentah Indonesia atau Indonesian Crude Price (ICP).

"Jadi kedua-duanya harus terus dipantau," kata dia kepada Kompas.com, Jumat (16/6/2023).

Berdasarkan asumsi dasar ekonomi makro APBN 2023, Komaidi menilai, pertimbangan penurunan harga minyak ke kisaran 60-65 dollar AS per barrel untuk menyesuaikan harga Pertalite sudah tepat. Pasalnya, mengacu kerangka asumsi ekonomi makro, harga minyak ditetapkan 90 dollar AS per barrel dan kurs rupiah berada di Rp 14.800 per dollar AS.

Baca juga: Harga Pertalite Bisa Turun kalau Minyak Mentah Seharga Ini

"Memang di kisaran 60-65 dollar AS itu relatif bisa di kisaran Rp 9.000 sampai Rp 10.000 begitu rentangnya," kata dia.

"Artinya kalau diturunkan begitu mungkin kompensasinya enggak terlalu besar begitu," sambungnya.

Lebih lanjut, Komaidi menyebutkan, harga BBM di Indonesia relatif moderat dibanding negara kawasan Asia Tenggara lain. Meskipun memang, tidak banyak negara tetanga yang masih memiliki BBM dengan nomor oktan atau RON di bawah 92.

"Indonesia sebetulnya kalau dari sisi harga relatif moderat ya, artinya tidak terlalu mahal banget," ucapnya.

Baca juga: Pemerintah Usulkan Kuota Subsidi BBM 18,76 Juta KL Tahun Depan

Sebelumnya, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Kementerian ESDM Tutuka Ariadji mengatakan, harga BBM jenis Pertalite berpeluang untuk turun jika harga minyak mentah menyentuh level 60-65 dollar AS per barrel. Meski harga minyak mentah saat ini trennya menurun, belum menyentuh kisaran level 60-65 dollar AS per barrel.

Harga minyaknya belum sampai 60-65 dollar AS. Kalau sekitar itu saya kira bisa (diturunkan harga Pertalite), kalau sekarang belum," ungkapnya saat ditemui di Gedung DPR RI, Jakarta, Rabu (14/6/2023).

Menurut Tutuka, harga jual Pertalite saat ini tidak jauh beda dengan harga keekonomian atau harga wajar di pasaran. Namun, ia memastikan bahwa harga keekonomian Pertalite tetap lebih tinggi dari harga jual yang dipatok pemerintah.

"(Harga keekonomian Pertalite) enggak jauh beda dari sekarang," katanya.

Baca juga: Siap-siap, BBM Baru Pertamina Diluncurkan Bulan Ini

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Libur Kenaikan Yesus Kristus, 328.563 Kendaraan Tinggalkan Jakarta

Whats New
OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

OCBC Singapura Ajukan Tawaran Rp 16 Triliun untuk Akuisisi Great Eastern Holdings

Whats New
Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Inggris Keluar dari Jurang Resesi Ekonomi

Whats New
Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Minta Penjualan Elpiji di Warung Madura Diperketat, Ini Penjelasan Peritel

Whats New
Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Intervensi Bank Sentral Kesetabilan Rupiah dan Cadangan Devisa

Whats New
Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Bank Muamalat Buka Lowongan Kerja hingga 31 Mei 2024, Cek Posisi dan Syaratnya

Work Smart
Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Viral Video Youtuber Korsel Diajak Mampir ke Hotel, Ini Tanggapan Kemenhub

Whats New
Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Finaccel Digital Indonesia Berubah Nama jadi KrediFazz Digital Indonesia

Whats New
Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Dampak Fluktuasi Harga Pangan Awal 2024

Whats New
Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Mengenal 2 Fitur Utama dalam Asuransi Kendaraan

Earn Smart
Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Penggunaan Gas Domestik Didominasi Industri, Paling Banyak Industri Pupuk

Whats New
Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Libur Panjang, Angkasa Pura II Proyeksikan Penumpang Capai 1 Juta Orang

Whats New
Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Percepat Peluncuran Produk untuk Perusahaan Teknologi, XpandEast Terapkan Strategi Pengurangan Time-to-Market

Whats New
Pasar Kripto Berpotensi 'Rebound', Simak Prospek Jangka Panjangnya

Pasar Kripto Berpotensi "Rebound", Simak Prospek Jangka Panjangnya

Earn Smart
Asosiasi 'Fintech Lending' Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Asosiasi "Fintech Lending" Buka Suara Soal Pencabutan Izin Usaha TaniFund

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com