Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Wamen BUMN Terima Komplain Siemens soal LRT Buatan INKA

Kompas.com - Diperbarui 03/08/2023, 07:02 WIB
Muhammad Idris

Penulis

Sumber Kompas.com

KOMPAS.com - Pengerjaan proyek pembangunan LRT Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi (LRT Jabodebek) rupanya menyisakan sejumlah masalah. Waktu penyelesaian molor hingga biaya investasinya yang membengkak cukup besar akibat beberapa kesalahan teknis.

Wakil Menteri BUMN Kartika Wirjoatmodjo membeberkan ada beberapa kesalahan teknis yang seharusnya tidak perlu terjadi apabila perencanaannya dilakukan dengan matang dan terkoordinir antar-pihak.

Salah satu yang paling ia soroti adalah perbedaan spesifikasi pada masing-masing rangkaian kereta ringan yang berjumlah 31 unit trainset yang dibuat PT INKA (Persero).

Ia bilang, akibat perbedaan spesifikasi pada trainset ini membuat membuat sistem perangkat lunak (software) harus diperbaiki. Imbasnya, biaya yang dikeluarkan menjadi lebih tinggi.

Baca juga: Wamen BUMN Buka-bukaan Amburadulnya Koordinasi Para Kontraktor LRT

Siemens, kontraktor yang kebagian tugas menggarap software development mengaku ikut terkena getahnya karena ongkos pengembangan perangkat lunak LRT membengkak. Perusahaan asal Jerman ini pun sampai melayangkan protes terkait masalah spesifikasi kereta LRT buatan Madiun ke Kementerian BUMN.

"Siemens suatu hari call meeting, komplain sama saya. 'Pak ini software-nya naik cost-nya' 'Kenapa?' 'Spek (spesifikasi) kereta INKA-nya ini, baik dimensi, berat, maupun kecepatan dan pengeremannya berbeda-beda satu sama lain'," ungkap Tiko menirukan percakapannya dengan pihak Siemens seperti dikutip pada Rabu (2/8/2023).

Sesuai dengan penuturan dari Siemens, lanjut Tiko, akibat spesifikasi yang berbeda-beda dan sulit diintegrasikan dengan software milik Siemens, membuat kereta LRT kala itu tidak bisa berhenti tepat di peron stasiun.

Padahal, seharusnya setiap rangkaian kereta yang tanpa masinis itu harus berhenti sejajar antara gate di stasiun dan pintu kereta. Namun tidak demikian halnya dengan kereta LRT buatan Madiun tersebut.

Baca juga: Lengkung LRT: Sempat Dipuji dan Catat Rekor Muri, Kini Dikritik Salah Desain

Oleh karenanya, perangkat lunak LRT Jabodebek perlu disesuaikan kembali agar memiliki toleransi yang mampu membuat masing-masing rangkaian kereta berbeda spesifikasi itu bisa berhenti pada posisi yang sama.

"Jadi 31 kereta itu beda spek semua. Jadi software-nya mesti dibikin toleransinya lebih lebar, supaya bisa men-capture berbagai macam dari spek itu," jelasnya.

Koordinasi amburadul

Tiko juga menyebut kesalahan kordinasi antara pihak yang menggarap proyek sering kali terjadi di Indonesia. Oleh sebab itu, ini menjadi tantangan yang harus diperbaiki ke depannya.

"Karena prasarananya waktu dibangun tidak ngobrol dengan spek sarananya. Di Indonesia banyak terjadi begini. Tapi ya itulah, bagian dari belajar, ini harus kita beresin satu-satu," kata Tiko.

Baca juga: Kritik Proyek LRT Salah Desain, Wamen BUMN: Belok Harus Pelan Sekali

Sebagai informasi saja, pengerjaan fisik dan prasarana LRT Jabodebek melibatkan empat kontraktor utama yang terdiri dari 3 BUMN dan 1 perusahaan asing.

Keempat perusahaan tersebut antara lain PT Adhi Karya (Persero) Tbk sebagai kontraktor pembangunan lintasan rel, stasiun, serta sarana pendukungnya, lalu PT INKA (Persero) sebagai produsen trainset kereta ringan.

Sementara untuk perancang software development digarap oleh Siemens. Terakhir untuk infrastruktur persinyalan dikerjakan oleh PT Len Industri (Persero).

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Penurunan Yield Obligasi Tenor 10 Tahun Indonesia Berpotensi Tertahan

Whats New
Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Gaji ke-13 untuk Pensiunan Cair Mulai 3 Juni 2024

Whats New
Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Masuk ke Beberapa Indeks Saham Syariah, Elnusa Terus Tingkatkan Transparansi Kinerja

Whats New
Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-'grounded' Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Pesawat Haji Boeing 747-400 Di-"grounded" Pasca-insiden Terbakar, Garuda Siapkan 2 Armada Pengganti

Whats New
ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

ASDP Terus Tingkatkan Peran Perempuan pada Posisi Tertinggi Manajemen

Whats New
Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Jaga Loyalitas Pelanggan, Pemilik Bisnis Online Bisa Pakai Strategi IYU

Whats New
Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Bulog Targetkan Serap Beras Petani 600.000 Ton hingga Akhir Mei 2024

Whats New
ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

ShariaCoin Edukasi Keuangan Keluarga dengan Tabungan Emas Syariah

Whats New
Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Insiden Kebakaran Mesin Pesawat Haji Garuda, KNKT Temukan Ada Kebocoran Bahan Bakar

Whats New
Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Kemenperin Pertanyakan Isi 26.000 Kontainer yang Tertahan di Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak

Whats New
Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Tingkatkan Akses Air Bersih, Holding BUMN Danareksa Bangun SPAM di Bandung

Whats New
BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

BEI: 38 Perusahaan Antre IPO, 8 di Antaranya Punya Aset di Atas Rp 250 Miliar

Whats New
KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

KAI Services Buka Lowongan Kerja hingga 25 Mei 2024, Simak Kualifikasinya

Work Smart
Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Anggaran Pendidikan di APBN Pertama Prabowo Capai Rp 741,7 Triliun, Ada Program Perbaikan Gizi Anak Sekolah

Whats New
Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada 'Pertek' Tak Ada Keluhan yang Masuk

Bantah Menkeu soal Penumpukan Kontainer, Kemenperin: Sejak Ada "Pertek" Tak Ada Keluhan yang Masuk

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com