SETELAH sukses melakukan percobaan di darat, maskapai Garuda Indonesia mengumumkan akan melakukan uji coba penggunaan biofuel di penerbangan.
Garuda akan mencampur 2,4 persen minyak sawit (palm oil) pada bahan bakar di pesawat Boeing B737-800 NG yang akan diterbangkan dengan mesin pesawat CFM56-7B. Uji coba direncanakan pada Agustus 2023 nanti.
Sebelumnya, PT Dirgantara Indonesia juga sudah melakukan uji coba terbang menggunakan bioavtur pada pesawat CN 235-220 pada 2021 lalu.
Sedangkan PT Pertamina juga mulai mengembangkan bahan bakar pesawat terbang berbasis kelapa sawit, BioAvtur J2.4 di kilang Cilacap.
Biofuel atau bioavtur merupakan bagian dari sustainable aviation fuel (SAF) atau bahan bakar penerbangan berkelanjutan.
Penggunaan SAF adalah keniscayaan untuk masa depan. Tujuannya untuk mengurangi emisi karbon dioksida atau istilah umumnya polusi udara yang ditimbulkan dari operasional pesawat.
Memang, polusi udara yang ditimbulkan transportasi udara secara global hanya 2,8 persen. Masih jauh lebih rendah dari emisi transportasi darat yang sebesar 18,1 persen atau pabrik 18,9 persen.
Namun upaya mengurangi emisi karbon dari operasional penerbangan tentu patut kita dukung karena polusi udara yang memunculkan efek rumah kaca sudah terbukti mengakibatkan perubahan iklim dan berbagai bencana alam yang mengikutinya.
Tentu kita tidak ingin diri kita atau anak cucu kita mengalami bencana alam yang sangat merugikan. Sekecil apapun yang dapat kita lakukan untuk mengurangi polusi udara, sebaiknya segera kita lakukan, termasuk di penerbangan.
Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) sejak 2018 sudah mempunyai program yang bernama CORSIA (Carbon Offsetting and Reduction Scheme for International Aviation) yang wajib dilaksanakan oleh semua negara anggotanya, termasuk Indonesia.
Saat menghadiri workshop SAF yang diselenggarakan oleh Federal Aviation Administration (FAA) di Bangkok pada Mei 2023 lalu, saya mendapatkan info bahwa beberapa negara Asia telah serius menerapkan CORSIA dengan menggunakan SAF.
Seperti, misalnya, di Korea Selatan yang mengubah undang-undang pada 2023 untuk memungkinkan adopsi bahan bakar biologi laut pada 2025 dan SAF pada 2026.
Lalu di Jepang yang menargetkan penggunaan SAF 10 persen pada 2030.
China menargetkan 50.000 ton penggunaan SAF dan saat ini telah dilakukan pengujian kinerja SAF terhadap sertifikasi kelaikan udara, eksplorasi jalur baru untuk pengembangannya.
Lalu di India tengah mempertimbangkan penggunaan SAF di sektor penerbangannya.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.