Sedangkan sistem nilai tukar atau kurs mengambang terkendali kelebihannya sama seperti nilai tukar mengambang.
Sedang minusnya juga sama, yaitu adanya ketidakpastian atau fluktuasi nila tukar yang bisa menciptakan spekulasi hingga menciptakan ketidakstabilan sistem keuangan. Meski demikian, ketidakpastian itu lebih kecil karena dibatasi oleh pita intervensi.
Indonesia pernah menggunakan ketiga sistem tersebut. Sistem nilai tukar tetap pernah dipakai di zaman Orde Baru sampai beberapa waktu sebelum krisis 1997/1998.
Kemudian menjelang krisis 1997/1998, Indonesia memakai sistem mengambang terkendali.
Namun karena kebutuhan atau permintaan dollar AS begitu besar untuk pembayaran utang luar negeri, baik oleh pemerintah maupun swasta yang jatuh tempo bersamaan pada Juli 1997, maka pita intervensinya dilebarkan sampai tiga kali dan akhirnya cadangan devisa yang dimiliki tidak mencukupi.
Dengan demikian, mulai Era Reformasi setelah Orde Baru jatuh, Indonesia memakai sistem nilai tukar mengambang.
BI tentu sudah mempunyai model untuk memperkirakan besarnya nilai tukar atau kurs rupiah menjelang sampai akhir 2023, seperti telah disebutkan di atas, yaitu Rp 14.800 sampai Rp 15.200 per dollar AS.
Dalam model tersebut tentu sudah dimasukkan variabel atau faktor yang memengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS.
Faktor yang memengaruhi nilai tukar rupiah terhadap dollar AS dibedakan menjadi dua, yaitu faktor teknis (teknikal) dan faktor fundamental.
Faktor teknikal merupakan faktor-faktor ekonomi dan sifatnya sementara atau jangka pendek. Faktor teknikal antara lain faktor politik, misalnya, pemilihan umum.
Biasanya menjelang pemilihan umum nilai tukar rupiah akan melemah (terdepresiasi) karena pemilik uang akan memegang uangnya dalam dollar AS dan menunggu apakah pemilu berjalan lancar atau tidak.
Jika kemudian pemilu berjalan lancar, maka pemilik dollar AS akan menukar dollar AS dengan rupiah yang memberikan pendapatan (return) lebih besar sehingga nilai tukar rupiah terhadap dollar AS akan kembali menguat.
Sementara faktor fundamental adalah faktor-faktor ekonomi dan sifatnya jangka panjang. Beberapa faktor dapat dikategorikan dalam faktor fundamental.
Pertama, jumlah cadangan devisa. Untuk Indonesia, cadangan devisa saat ini sudah cukup.
Pada akhir Juli 2023, jumlah cadangan devisa Indonesia sebanyak 137,7 miliar dollar AS. Jumlah tersebut setara dengan kebutuhan untuk membiayai 6,2 bulan impor atau 6 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri.