Jumlah tersebut melebihi batas aman yanag dipatok oleh IMF, yaitu minimal untuk 3 bulan impor. Jumlah tersebut masih bisa bertambah dengan kebijakan penempatan Devisa Hasil Ekspor (DHE) Sumber Daya Alam (SDA) di bank-bank dalam negeri.
Sampai Desember 2023, DHE Sumber Daya Alam (SDA) diperkirakan bisa masuk sebesar Rp 8 miliar sampai Rp 9 miliar per bulan.
Faktor kedua, selisih suku bunga acuan atau interest parity, yaitu antara suku bunga acuan BI (BI7DRR) dengan suku bunga The Fed (Fed Rate).
Saat ini selisih antara Fed Rate dengan BI7DRR masih cukup lebar sehingga stabilitas nilai tukar rupiah terhadap dollar AS masih terjaga pada kisaran yang telah disebut oleh Gubernur BI.
Faktor ketiga, perbedaan inflasi atau purchasing power parity antara Indonesia dengan AS. Saat ini perbedaan inflasi Indonesia dengan AS masih terjaga, yang memungkinkan stabilitas nilai rupiah bisa dipertahankan.
Faktor keempat, pertumbuhan ekonomi Indonesia. Pada 2023, secara year on year, BI memperkirakan pertumbuhan ekonomi Indonesia 2023 berada di kisaran 4,7 persen sampai 5,5 persen.
Angka yang cukup baik dibanding beberapa negara lain yang pertumbuhan ekonominya tahun 2023 masih negatif.
Kesimpulannya, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS menjelang dan pada akhir 2023 yang diperkirakan oleh BI berada di kisaran Rp 14.800 sampai Rp 15.200 per dollar AS mempunyai rasionalitas dan dasar yang kuat.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.