Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi Alternatif Investor Asing, SRBI Digadang Jaga Likuiditas Rupiah

Kompas.com - 06/09/2023, 19:00 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Aprillia Ika

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - PT Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) menilai Sekuritas Rupiah Bank Indonesia (SRBI) akan menjaga likuiditas rupiah dan menjadi alternatif investasi yang menarik bagi investor asing.

SRBI akan tetap diminati investor asing selama imbal hasil (yield) yang ditawarkan lebih menarik dari Surat Berharga Negara (SBN).

Ekonom Bahana TCW Emil Muhamad mengatakan, kompetisi di pasar utang jangka pendek akan semakin menarik perhatian investor ke depan.

"Tingkat yield yang ditawarkan SRBI diperkirakan lebih menarik dari SBN. Sebagai perbandingan, yield SBN tenor 6 bulan saat ini pada kisaran 6,16 persen, sedangkan rate reverse repo BI tenor 6 bulan sebesar 6,31 persen pada lelang terakhir 18 Agustus lalu," kata dia dalam keterangan resmi, dikutip Rabu (6/9/2023).

Baca juga: Pahami, Ini Cara Berinvestasi SBR

Ia mengatakan, memang rate SRBI tidak berarti akan sepenuhnya menyamai reverse repo. Profil pembeli yang lebih luas besaran pajak serta kondisi likuiditas rupiah akan mempengaruhi rate SRBI.

Adapun, lelang SRBI perdana akan dilakukan Bank Indonesia pada 15 September 2023. Lelang selanjutnya akan digelar setiap Rabu dan Jumat untuk tenor enam, sembilan, dan 12 bulan.

Bank sentral akan menjadikan SRBI sebagai instrumen operasi moneter menggantikan reverse repo (RR) SBN dengan tenor yang sama, tetapi dengan pola yang sedikit berbeda. Bila RR SBN hanya boleh dibeli oleh perbankan, maka SRBI bisa dibeli oleh semua investor yang berminat.

Hingga saat ini untuk menyerap likuditas jangka pendek, di pasar uang telah tersedia instrumen time deposit, SBN tenor pasar uang dan juga JIBOR. Menurut Emil, SRBI akan membuat kompetisi di pasar surat utang jangka pendek semakin ketat.

Baca juga: Mengenal Apa Itu SBN, Jenis, dan Keuntungannya

Sebagai catatan, tahun depan total SBN neto yang akan diterbitkan pemerintah akan naik menjadi sekitar Rp 666,4 triliun, naik dari asumsi tahun ini sebesar Rp 362,9 triliun.

SRBI sendiri akan menggunakan SBN yang dimiliki bank sentral sebagai underlying asset. Total SBN yang dimiliki BI secara gros saat ini mencapai Rp 1.360,9 triliun.

"Kami menilai dampak SRBI akan lebih dirasakan oleh SBN tenor pasar uang di bawah satu tahun dan SBN tenor pendek yang masih memiliki yield dibawah suku bunga RR BI tenor enam hingga 12 bulan," ujar Emil.

"Namun secara keseluruhan, kami menilai pasar obligasi cukup menarik hingga tahun depan, di tengah ekspektasi penurunan suku bunga global yang akan diikuti dengan turunnya bunga acuan domestik," tutup dia.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.



Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com