KOMPAS.com - Ibarat maju kena, mundur kena. Istilah tersebut barangkali bisa menggambarkan kondisi keuangan PT Kereta Api Indonesia (Persero) atau KAI yang diserahi pemerintah menggarap Kereta Cepat Jakarta Bandung (KCJB).
Biaya investasi proyek KCJB terlanjur membengkak sangat tinggi. Belum lagi, biaya operasional dan perawatan KCJB juga akan menjadi tanggung jawab PT KAI.
Setelah dilakukan audit menyeluruh, proyek Kereta Cepat Jakarta Bandung mengalami pembengkakan biaya (cost overrun) sebesar Rp 1,2 miliar dollar AS atau sekitar Rp 18,44 triliun (kurs Rp 15.000).
Angka tersebut merupakan hasil audit dari kedua negara yang kemudian disepakati bersama. Dengan demikian, biaya total proyek yang berlangsung sejak 2016 itu kini mencapai 7,27 miliar dollar AS atau setara dengan Rp 110,69 triliun.
Baca juga: Ngos-ngosan Bangun Kereta Cepat Jakarta-Bandung, Mau Lanjut Surabaya?
Ekonom sekaligus Direktur Center of Economics and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira, menyebut nantinya KAI akan ikut dibebani dengan kewajiban pembayaran utang plus bunga 2 persen bertenor 40 tahun ke China Development Bank (CDB).
"Jika KAI dipaksa menjalankan kereta cepat, jangankan fase konstruksi, pada saat operasional dan perawatan beban itu akan langsung tercermin ke likuiditas KAI," ujar Bhima dikutip pada Jumat (22/9/2023).
Untuk diketahui saja, utang pokok dan bunga wajib dibayarkan konsorsium PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) ke CDB. Konsorsium ini melibatkan sembilan perusahaan.
Dari Indonesia ada empat BUMN yaitu Wijaya Karya, Jasamarga, Perkebunan Nusantara VIII, dan KAI yang juga berperan sebagai pemimpin konsorsium menggantikan posisi Wika.
Baca juga: Kenapa Jonan Dulu Keberatan dengan Proyek Kereta Cepat?
Sedangkan dari China adalah China Railway International Company Limited, China Railway Group Limited, Sinohydro Corporation Limited, CRRC Corporation Limited, dan China Railway Signal and Communication Corp.
BUMN dari Indonesia lalu membentuk badan usaha bernama PT Pilar Sinergi BUMN Indonesia (PSBI) dan dari China membentuk China Railway. Lalu kedua perusahaan gabungan itu membentuk konsorsium PT KCIC.
Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.