Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Cucun Ahmad Syamsurijal
Wakil Ketua Badan Anggaran DPR RI

Wakil Ketua Badan Anggaran DPR RI

Dampak Perang Gaza terhadap Ketahanan Pangan dan Energi Nasional

Kompas.com - 15/10/2023, 15:12 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

HARAPAN akan meredanya berbagai gelombang turbulensi ekonomi pascapandemi Coronavirus disease 2019 (Covid-19) sepertinya semakin jauh dari harapan.

Meletusnya perang di jalur Gaza antara kelompok Hamas dan Israel menjadi bukti nyata bahwa gelombang tersebut semakin membesar dan sulit dikendalikan.

Dinamika ekonomi politik global yang belum terurai akibat perang Rusia dan Ukraina akan semakin runyam seiring membesarnya perang di jalur Gaza.

Riakan dan efek domino dari kedua perang tersebut akan terus menggelinding membentuk efek bola salju yang semakin hari semakin membesar.

Jika pemerintah tidak sigap dalam merespons dinamika ekonomi politik global, maka besar kemungkinan Indonesia akan masuk kembali ke jurang krisis ekonomi yang bisa saja semakin dalam dan gelap.

Kekhawatiran ini bukanlah ketakutan tanpa dasar. Pengalaman pemerintah yang berhasil mengendalikan efek negatif pandemi Covid-19 beberapa waktu lalu, lebih disebabkan faktor keberuntungan alih-alih perencanaan yang efektif dan efisien.

Di tengah defisit yang membesar akibat hilangnya beberapa sumber pendapatan utama negara, pemerintah mendapatkan berkah luar biasa besar dari melejitnya harga beberapa komoditas pangan dan energi terutama komoditas Crude Palm Oil (CPO) dan Batubara.

Awal masa pandemi, harga CPO melejit dari sekitar 600 dollar AS per ton menjadi lebih dari 1.200 dollar AS per ton pada akhir 2021.

Bahkan pada awal 2022, kenaikan harga CPO terus terjadi sampai ke sekitaran angka 1.700 dollar AS per ton.

Kenaikan harga CPO tentu menjadi berkah yang luar biasa besar mengingat Indonesia adalah produsen CPO terbesar di dunia.

Menurut data Statista, sepanjang periode 2020-2021, Indonesia menjadi produsen minyak sawit mentah terbesar secara global dengan berkontribusi sekitar 58 persen dari total produksi CPO dunia.

Sebagai negara produsen CPO terbesar di dunia, kenaikan luar biasa besar ini seolah-olah menjadi “durian runtuh” yang dapat menutupi berbagai kekurangan di sisi belanja pemerintah untuk pengendalian Covid-19.

Hal yang sama juga terjadi pada komoditas batubara. Harga batubara mengalami lonjakan luar biasa besar sebagaimana yang terjadi di komoditas CPO.

Pada awal 2021, harga batubara masih berada di bawah 100 dollar AS per metrik ton. Pada akhir 2021, harga batubara sudah lebih dari 200 dollar AS per metrik ton. Bahkan pada akhir tahun 2022, harga batubara sudah lebih dari 420 dollar AS per metrik ton.

Sama halnya dengan kenaikan harga CPO, kenaikan harga komoditas batubara juga menjadi berkah luar biasa besar mengingat Indonesia memiliki cadangan batubara yang masih sangat banyak.

Indonesia tercatat memiliki cadangan batubara sebesar 34,87 miliar ton hingga akhir 2020. Bahkan Indonesia menjadi produsen batubara terbesar ketiga dunia setelah China dan India.

Berkah kenaikan harga kedua komoditas tersebut menambah pundi-pundi pendapatan pemerintah, baik yang berasal dari pajak ekspor komoditas maupun Pendapatan Negara Bukan Pajak (PNBP) terutama yang berasal dari PNBP sumber daya alam (SDA).

Pada 2021 dan 2022, PNBP secara berturut-turut mampu tumbuh 33,4 persen dan 29,9 persen di mana kontribusi PNBP SDA pada 2022 mencapai 45,1 persen.

Halaman:
Baca tentang
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com