Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Daripada Bebani APBN, Inggris dan Malaysia Pilih Proyek Kereta Cepatnya Mangkrak

Kompas.com - 16/10/2023, 08:03 WIB
Muhammad Idris

Penulis

KOMPAS.com - Perdana Menteri (PM) Inggris Rishi Sunak memutuskan untuk membatalkan mega proyek kereta cepat atau high-speed rail (HSR) fase kedua meski sebagian proses kontruksinya terlanjur berjalan.

HSR fase kedua ini menghubungkan London dengan Manchester sejauh 530 kilometer. Keputusan Sunak ini diambil karena ekonomi negara dalam kondisi sulit serta biaya investasinya membengkak sangat tinggi.

Estimasi biaya kontruksi semakin membengkak juga dikontribusi karena keputusan Inggris keluar dari Uni Eropa (Brexit) menyusul banyaknya ketidakpastian ekonomi negara itu.

Dalam pidato pada konferensi Partai Konservatif pekan lalu di Manchester, Sunak menyebut pembengkakan biaya dari proyek kereta cepat menjadi alasan pemerintah Inggris memilih tidak melanjutkan proyek tersebut.

Baca juga: Kenapa Dulu Ahok Keberatan Halim Dijadikan Stasiun Kereta Cepat?

Sunak, masih dalam pidatonya, mengatakan sebaiknya anggaran jumbo untuk pembangunan kereta cepat dialihkan untuk proyek transportasi lainnya yang lebih prioritas seperti pembangunan jalan raya, rel kereta api baru, hingga pengadaan bus-bus untuk mendukung transportasi publik di seluruh Inggris yang lebih merata.

"Saya memutuskan mengakhiri proyek HSR yang sudah terlanjur berjalan ini. Sebagai gantinya, pemerintah akan mengalihkan sebagian investasinya sebesar 36 miliar poundsterling untuk membangun ratusan proyek transportasi baru di wilayah Utara dan Tengah, dan tentunya seluruh negeri," kata Sunak dikutip dari Reuters.

Sunak dengan jujur mengakui, kebijakannya membatalkan proyek kereta cepat adalah keputusan yang plin-plan. Ini lantaran beberapa tahun sebelumnya, ia adalah politikus yang getol mendukung pembangunan HSR fase kedua.

Ia tak mempermasalahkan hal itu karena sudah dipertimbangkan dengan matang. Ketimbang memperburuk keuangan negara, membatalkan proyek ambisius bernilai miliaran poundseterling adalah keputusan tepat saat ini.

Baca juga: Kenapa Jonan Dulu Keberatan dengan Proyek Kereta Cepat?

Kereta cepat Inggris fase kedua adalah kelanjutan dari proyek HSR fase pertama yang sudah beroperasi sejak tahun 2007. HSR fase pertama tak lain adalah rute kereta cepat yang menghubungkan Inggris dan Perancis.

HSR fase pertama ini mengkoneksikan Stasiun Internasional St Pancras yang berlokasi di jantung Kota London, melewati terowongan bawah laut di Tenggara Inggris, lalu melintasi daratan Perancis menuju ke Paris dan kota-kota besar lain di Eropa.

Malaysia batalkan kereta cepat

Jauh hari sebelum Inggris, Malaysia juga memilih membatalkan proyek kereta cepatnya yang menghubungkan Kuala Lumpur dengan Jurong di Singapura.

Pada tahun 2020, Malaysia membatalkan proyek ini karena setelah dihitung ulang, investasinya dinilai sangat memberatkan dan bisa membebani keuangan negara. Kini proyek tersebut malah mangkrak dengan sebagian kecil infrastruktur yang sudah terlanjur dibangun.

Baca juga: Disebut Jebakan China, Berapa Bunga Utang Kereta Cepat?

Proyek HSR tersebut rencananya bakal memakan investasi sebesar 17 miliar dollar AS. Saat kesepakatan kedua negara itu terjalin, Malaysia dimpimpin oleh PM Najib Razak.

Dari kajian hingga pembangunan beberapa infrastruktur pendukung hingga proyek akhirnya dibatalkan, Malaysia sudah mengeluarkan anggaran cukup besar.

Pihak Singapura sendiri meminta Malaysia membayar kompensasi atas sejumlah kegiatan konstruksi yang telah berjalan. Malaysia diketahui harus membayar biaya kompensasi sebesar Rp 1,1 triliun ke Singapura.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

OJK: Guru Harus Punya Pengetahuan tentang Edukasi Keuangan

OJK: Guru Harus Punya Pengetahuan tentang Edukasi Keuangan

Whats New
Sekjen Anwar: Kemenaker Punya Tanggung Jawab Besar Persiapkan SDM Unggul dan Berdaya Saing

Sekjen Anwar: Kemenaker Punya Tanggung Jawab Besar Persiapkan SDM Unggul dan Berdaya Saing

Whats New
Lowongan Kerja BUMN Viramakarya untuk Posisi di IKN, Ini Posisi dan Persyaratannya

Lowongan Kerja BUMN Viramakarya untuk Posisi di IKN, Ini Posisi dan Persyaratannya

Whats New
Soal Relaksasi HET Beras Premium, Dirut Bulog: Biasanya Sulit Dikembalikan...

Soal Relaksasi HET Beras Premium, Dirut Bulog: Biasanya Sulit Dikembalikan...

Whats New
Potensi Pasar Geospasial di Indonesia

Potensi Pasar Geospasial di Indonesia

Whats New
OJK Minta Lembaga Keuangan Bikin 'Student Loan' Khusus Mahasiswa S-1

OJK Minta Lembaga Keuangan Bikin "Student Loan" Khusus Mahasiswa S-1

Whats New
Soal Tarif PPN 12 Persen, Sri Mulyani: Kami Serahkan kepada Pemerintahan Baru

Soal Tarif PPN 12 Persen, Sri Mulyani: Kami Serahkan kepada Pemerintahan Baru

Whats New
Citilink Buka Lowongan Kerja Pramugari untuk Lulusan SMA, D3, dan S1, Ini Syaratnya

Citilink Buka Lowongan Kerja Pramugari untuk Lulusan SMA, D3, dan S1, Ini Syaratnya

Whats New
Kerangka Ekonomi Makro 2025: Pertumbuhan Ekonomi 5,1 - 5,5 Persen, Inflasi 1,5 - 3,5 Persen

Kerangka Ekonomi Makro 2025: Pertumbuhan Ekonomi 5,1 - 5,5 Persen, Inflasi 1,5 - 3,5 Persen

Whats New
Tinjau Fluktuasi Bapok, KPPU Lakukan Sidak Serentak di Sejumlah Pasar

Tinjau Fluktuasi Bapok, KPPU Lakukan Sidak Serentak di Sejumlah Pasar

Whats New
Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BRI hingga CIMB Niaga

Simak Rincian Kurs Rupiah Hari Ini di BRI hingga CIMB Niaga

Whats New
Kemenhub: KNKT Akan Investigasi Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Kemenhub: KNKT Akan Investigasi Penyebab Jatuhnya Pesawat di BSD

Whats New
Telat Bayar Tagihan Listrik Bisa Kena Denda, Berapa Biayanya?

Telat Bayar Tagihan Listrik Bisa Kena Denda, Berapa Biayanya?

Whats New
Harga Bahan Pokok Senin 20 Mei 2024, Harga Cabai Merah Keriting Turun

Harga Bahan Pokok Senin 20 Mei 2024, Harga Cabai Merah Keriting Turun

Whats New
Simak, Ini Cara Cek Lolos Tidaknya Seleksi Prakerja 2024

Simak, Ini Cara Cek Lolos Tidaknya Seleksi Prakerja 2024

Whats New
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com