Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Mata Garuda Banten
Perkumpulan Alumni Beasiswa LPDP di Provinsi Banten

Perkumpulan alumni dan awardee beasiswa LPDP di Provinsi Banten. Kolaborasi cerdas menuju Indonesia emas 2045.

"Over-Consumption": Efek "Social-Commerce" yang Terabaikan

Kompas.com - 31/10/2023, 14:45 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Tidak ada fungsi lain dari kotak itu selain untuk pertandingan menghidup-matikan saklar dengan si boneka kecil itu.

Hal ini memperlihatkan bahwa tidak ada batasan untuk imaginasi dan kreativitas produsen barang-barang semacam ini.

Lalu, kita sampai pada isu yang lebih penting; bahwa bumi bukan tanpa batasan dan sumber daya seharusnya digunakan dengan bijaksana.

Barang-barang di atas banyak yang berakhir sebagai tumpukan barang yang tidak digunakan dan akhirnya dibuang, karena sebagaimana dijabarkan, dorongan untuk membelinya terjadi ketika melihat endorsement dan video review.

Proses dari melihat, menginginkan, dan membeli terjadi dengan cepat dan tanpa pertimbangan yang matang.

Tendensi konsumtif yang tidak terkendali seperti ini sudah lama menjadi kekhawatiran banyak orang.

Dalam jurnal yang diterbitkan oleh Ecological Economics tahun 1999, konsumsi yang berlebihan adalah salah satu penyebab utama terjadinya kerusakan lingkungan.

Pada akhirnya, tentu ada banyak faktor yang membuat level konsumsi masyarakat semakin tinggi, namun TikTok mendorong dan mengaplifikasi tendensi over-consumption tersebut dengan memberikan exposure yang sangat besar pada aktifitas promosi di setiap konten yang ditayangkan.

Isu ini merupakan permasalah multilayer yang memiliki value berbeda untuk orang-orang berbeda.

Pertama, berhubungan bagaimana kebijakan TikTok sebagai perusahaan. Bagi TikTok, jumlah penjualan yang meningkat merupakan kabar baik yang diusahakan setiap harinya.

Melihat dari kacamata bisnis, TikTok tentu akan berusaha mempertahankan pengaruhnya pada sebanyak-banyaknya konsumen.

Demikian pula bagi pedagang yang menjadikan TikTok sebagai platform bisnisnya. Pasti akan ada kebutuhan dari kelompok ini untuk memastikan sumber pemasukannya tetap tersedia.

Dengan demikian, tidak logis jika kewajiban untuk membatasi konsumsi masyarakat demi mengurangi beban lingkungan diserahkan kepada pihak ini.

Kedua, kewajiban terbesar dan paling berat ada pada pemerintah. Sebagai pihak yang meregulasi, pemerintah harus memperhatikan perlindungan pada konsumen, pedagang, dan penggerak industri, ditambah lagi dengan kewajiban untuk mengedukasi masyarakat serta kewajiban menjaga lingkungan lewat peraturan perundang-undangan.

Seperti bagaimana yang sudah berlangsung sepanjang sejarah, akan selalu ada tarik menarik kebutuhan dan kepentingan antarkelompok masyarakat, dan merupakan tanggung jawab yang besar pemerintah untuk mengakomodasi kepentingan ini sembari mempertimbangkan kebaikan yang lebih besar (greater good).

Ketiga, bagi konsumen biasa seperti penulis, distraksi dari semua yang dilihat online dapat memengaruhi bagaimana waktu, uang, dan tenaga dihabiskan.

Konsumsi yang berlebihan dan tidak berkelanjutan sudah pasti tidak baik untuk kesehatan finansial dan lingkungan, di samping berpotensi menjadi tumpukan barang tak terpakai di rumah.

Dengan demikian, di tengah gencarnya iklan dan promosi, harus ada kesadaran dan pengendalian diri yang kuat untuk fokus pada apa yang benar-benar penting.

*Dosen Agroekoteknologi Untirta, Awardee LPDP The University of Queensland, Mata Garuda Banten

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com