Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dukung Bisnis Berkelanjutan, HSBC Indonesia Genjot Pembiayaan Hijau

Kompas.com - 05/11/2023, 21:20 WIB
Agustinus Rangga Respati,
Erlangga Djumena

Tim Redaksi

JAKARTA, KOMPAS.com - Industri perbankan mulai gencar menyalurkan pembiayaan hijau (green financing) untuk berbagai sektor bisnis.

Pembiayaan hijau ini merupakan bagian dari usaha berkelanjutan berprinsip lingkungan, sosial, dan tata kelola (ESG).

Pembiayaan hijau merupakan konsep dalam perbankan yang bertujuan mendorong investasi ramah lingkungan dan proyek pembangunan jangka panjang.

Setelah Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) menandatangani Perjanjian Paris tentang Perubahan Iklim pada 2016, pembiayaan hijau jadi kian populer.

Baca juga: Program Pembiayaan Hijau, Wujud Nyata Sektor Perbankan dalam Membangun Masa Depan Berkelanjutan

Indonesia memiliki komitmen untuk mencapai net zero emission (NZE) atau emisi nol bersih pada 2060.

International Energy Agency menyebut, pencapaian target itu membutuhkan investasi sebesar 8 miliar dollar AS tiap tahun pada sektor energi terbarukan hingga 2030.

Untuk itu, Indonesia memerlukan peran industri perbankan demi menghubungkan investor demi menciptakan peluang di sektor ekonomi hijau.

Program Lingkungan Perserikatan Bangsa Bangsa (UNEP) menyatakan tujuan pembiayaan hijau adalah untuk meningkatkan aliran keuangan.

Dari perbankan, aliran keuangan dapat ditingkatkan melalui kredit mikro, asuransi, dan investasi kepada sektor publik, swasta, serta nirlaba agar dapat digunakan untuk prioritas-prioritas pembangunan berkelanjutan.

Pada dasarnya, pembiayaan hijau diperlukan untuk membantu mengatasi permasalahan perubahan iklim. Lebih dari itu, pembiayaan hijau juga jadi modal untuk memitigasi bencana yang tak terprediksi pada masa depan.

Salah satu bank yang gencar menyalurkan pembiayaan hijau adalah PT Bank HSBC Indonesia (HSBC Indonesia).

Head of Climate Change of HSBC Asia Pacific Justin Wu mengatakan, ada sejumlah tantangan dalam upaya menciptakan masa depan yang berkelanjutan.

Salah satunya, memobilisasi dana triliunan dollar yang dibutuhkan untuk membiayai transisi energi.

Justin berpendapat, pembiayaan campuran atau blended finance dapat menjadi salah satu alternatif untuk mengejar target NZE Indonesia pada 2060.

"Pembiayaan campuran dapat memobilisasi modal swasta dengan mengurangi risiko investasi dalam berbagai bidang, mulai dari infrastruktur berkelanjutan, produksi ramah lingkungan, hingga transisi energi rendah karbon," ujar Justin dalam diskusi Indonesia Sustainability Forum (ISF).

Secara umum, HSBC menyiapkan 750 miliar dollar AS sampai 1 triliun dollar AS untuk mendanai proyek-proyek berkelanjutan di Asia Tenggara sampai tahun 2030.

Baca juga: HSBC Prediksi Ekonomi Indonesia Bisa Melambat hingga di Bawah 5 Persen di Tahun Politik

Presiden Direktur HSBC Indonesia Francois de Maricourt menyatakan, HSBC juga mendukung pemerintah Indonesia untuk menangani perubahan iklim.

Salah satunya dengan meluncurkan Energy Transition Mechanism (ETM) Country Platform bersama PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI).

Ini bertujuan agar Indonesia dapat membuat kerangka kerja untuk menyediakan semua pembiayaan yang diperlukan dan memungkinkan untuk mempercepat transisi energi nasional.

Sepanjang 2023, HSBC Indonesia sendiri telah menyalurkan beberapa kredit hijau untuk berbagai perusahaan.

Pada Maret 2023, HSBC Indonesia menyalurkan kredit hijau berjangka sebesar 10,3 juta dollar AS dengan jangka waktu 6 tahun kepada PT Euroasiatic Heat and Power Systems (Euroasiatic).

Kredit hijau ini akan digunakan untuk pembangkit listrik turbin gas dengan sistem pembangkitan bersama berbahan bakar gas alam atau Bio-CNG.

Sebagai catatan, Bio-CNG merupakan bentuk terbarukan dari gas alam yang diproduksi dari bahan limbah yang terurai secara alami, seperti misalnya limbah pertanian dan makanan, kotoran, limbah akhir dan limbah industri.

Bio-CNG merupakan alternatif bahan bakar terbarukan yang dapat digunakan untuk kendaraan, pembangkit listrik dan sistem pemanasan.

Selanjutnya pada Juni 2023, HSBC Indonesia telah menyalurkan pinjaman berjangka (Term Loan) sebesar Rp 350 miliar kepada PT Blue Bird Tbk dan anak perusahaan (BIRD).

Pinjaman tersebut termasuk di dalamnya pinjaman hijau berjangka (Green Term Loan) senilai Rp 50 miliar kepada yang akan digunakan untuk mengakuisisi kendaraan listrik (Electric Vehicle/EV).

Direktur Utama PT Blue Bird Tbk Sigit Djokosoetono mengatakan, Green Term Loan diharapkan dapat memperluas dan merevitalisasi armada taksi dan penyewaan mobilnya, dengan memperbanyak armada kendaraan listriknya.

Ia menjelaskan, langkah BIRD tidak hanya akan mendukung pertumbuhan usaha, tetapi juga sejalan dengan tujuan untuk mengurangi emisi CO2 perusahaan sebesar 50 persen pada 2030.

Kemudian pada September 2023, HSBC Indonesia menyalurkan pinjaman berjangka hijau (green term loan) sebesar 20 juta dollar AS kepada PT Indo-Rama Synthetics, Tbk.

Nilai pinjaman tersebut setara dengan Rp 307,42 miliar pada kurs Rp 15.371 per dollar AS. Indo-Rama Synthetics sendiri merupakan anak perusahaan dari Indorama Corporation Pte. Ltd., Singapore (Indorama).

Baca juga: HSBC Indonesia Gelontorkan Kredit Hijau Rp 307 Miliar ke Indo-Rama

Presiden Direktur dan Group CFO Indorama V. S. Baldwa mengatakan, pinjaman berjangka hijau tersebut akan digunakan untuk mendukung Indo-Rama mengurangi konsumsi energi.

Caranya melalui instalasi mesin baru dengan teknologi dan penggunaan energi yang lebih efisien pada perluasan pabrik benang pintal.

Perluasan pabrik benang pintal Indorama bukan hanya dapat memenuhi permintaan konsumen, tetapi juga merupakan aspek keberlanjutan.

Managing Director Head of Wholesale Banking HSBC Indonesia Riko Tasmaya menjelaskan, portofolio pembiayaan hijau di HSBC telah mencapai 10-15 persen dari keseluruhan pembiayaan.

Pihaknya menargetkan portofolio pembiayaan hijau ini akan tumbuh sampai 4 kali lipat.

HSBC telah mulai fokus pada pembiayan hijau pada tahun ini. Secara persentase, Riko menyebut masih banyak yang dapat digarap.

"Jadi kami transition ke depannya itu targetnya double, triple, mungkin sampai 4 kali ya," tandas dia.

Sebagai informasi, dari sisi global HSBC juga akan menghentikan secara bertahap pembiayaan untuk pembangkit listrik tenaga batu bara dan penambangan batu bara termal pada 2030 di pasar Uni Eropa (UE) dan Organization for Economic Cooperation and Development (OECD).

Baca juga: Pembiayaan Hijau Jadi Upaya Perbankan Dukung Pemerintah Penuhi Target SDGs

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com